Ia tak lagi berani menduga-duga tentang angin
Sejak gelisah yang berpusing itu datang
Menerjang membuat terban rebah
Segala yang pernah ditegakkannya
Ia tak lagi berani menduga-duga tentang tanah
Sejak kesabaran itu retak rekah
Menelan lenyap segala
Yang pernah disemainya
Ia tak lagi berani menduga-duga tentang api
Sejak amarah yang menyembur itu
Menghangusmusnahkan segala
Yang pernah dipunyainya
Ia tak lagi berani menduga-duga tentang air
Sejak ketenangan itu bangkit menggelombang
Menyapu pupus segala yang pernah
Ia sebut sebagai kesayangan
Ia tak lagi berani menduga-duga
Tentang angin, tanah, api dan juga air
Sejak ia merasa bahwa keempatnya kini
Sedang bersiasat untuk mengingatkannya
.....yang hadir mengisi di antara dua kesunyian--kelahiran dan kematian..... (An Indonesian poems corner ; the poet : Hendragunawan)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
SAJAK JALAN PAGI BERSAMA
Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...
-
STOPPING BY WOODS ON A SNOWY EVENING Whose woods these are I think I know. His house is in the village though; He will not see me stopping h...
-
PEREMPUAN 1. Beri aku cermin kaca yang rata tak retak atau telaga bening yang tenang airnya atau genangan embun di telapak tangan bunga...
No comments:
Post a Comment