Sepasang bibir itu, aduh, begitu biru
Dan teramat merah nganga liang luka itu
Ah, bianglala bagi langit jiwa ibu
Alangkah sepimu di tengah mayit beribu
Bintang terbakar hangus padam perlahan
Dengan rambut berkibaran berlayar bulan
Mengapa garba ini tak mereka renggutkan
Dan merih ini tak disembelih sekalian
Sepasang daun yang menjuntai kelu
Sekuntum mawar kembang yang sendu
Biar kukarang dalam dekap kenangan
Menunggu waktu kembali ke pangkuan
.....yang hadir mengisi di antara dua kesunyian--kelahiran dan kematian..... (An Indonesian poems corner ; the poet : Hendragunawan)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
SAJAK JALAN PAGI BERSAMA
Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...
-
STOPPING BY WOODS ON A SNOWY EVENING Whose woods these are I think I know. His house is in the village though; He will not see me stopping h...
-
PEREMPUAN 1. Beri aku cermin kaca yang rata tak retak atau telaga bening yang tenang airnya atau genangan embun di telapak tangan bunga...
No comments:
Post a Comment