Saturday, August 05, 2006

SEJUTA MORTIR BAGAI KUMBANG MENYERBU

Sejuta mortir bagai kumbang
Riuh bertaburan menyerbu
Seribu julangan menara rebah
Seratus bungkah kubah rekah
Dan setangkai martir
Kembang mekar di tanah berdebu
Tuan Junaid dan Jilani, kotamu
Dirampok para penjarah tak bermalu
Yang lalu menceramahi anak cucumu
Untuk tak berebut ampas remah
Para pemabuk dan pezinah
Yang sibuk memberi kuliah
Tentang hak-hak asasi manusia
Dan para pedagang
Asyik berbagi jatah ladangmu

Setelah mongolia, persia, dan osmania
Kini gerombolan tiga raja jahat
Bersekongkol datang dari arah barat
Dipimpin seseorang bertampang tolol
Yang mengaku nabi dengan kuasa wahyu
Untuk memulai episode armagedon
Megaperang di akhir zaman
Gerbang kota mereka gebrak
Pintu rumah-rumah mereka dobrak
Tirai jendela-jendela disobek
Dan hijab putri-putrimu dicabik
Sedangkan putra-putramu yang dulu perkasa
Digiring ditelanjangi paksa
Di hadapan barisan tentara
Dengan senjata menegang ke udara
Yang memandangi mereka
Sembari mengelus-elus gagang senapan
Dan jakun-jakunnya bergerak turun naik

Baghdad, Baghdad, Baghdad
Kota kado dari kemurahan hati Tuhan
Garba purba dari peradaban insan
Di sepanjang jembatan yang mengiris Tigris
Dan di kelok liku lorong-lorong kota lama
Impian 1001 tahun silam
Dan angan masa depan
Pernah berjalan berdampingan
Sedang sekarang senjakala merah pekat
Tetapi bukan mawar kembang di cakrawala
Kepulan debu membubung di sana
Semoga itulah balatentara Mahdi
Yang akan datang membebaskanmu
Mensucikanmu

No comments:

SAJAK JALAN PAGI BERSAMA

  Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...