Di sebuah lereng sepi
Jarak semalam dari puncak tinggi
Dua pejalan bertemu
Bertanya yang satu
Kepada yang lain
Apakah tuan santu
Atau hantu?
Terserah bagaimana
Engkau memandangku
Dan menyusun anggapan
Dari pandanganmu
Semua itu
Hanya terbayang
Dalam benakmu
Tak sedikitpun menyentuh
Hakikat sejatiku
Tuan sangat rendah hati
Tentulah tuan santu
Bila engkau menaksirku
Lebih dari nilaiku sesungguhnya
Aku berlindung dari tuntutan
Mempertanggungjawabkan derajat itu
Di hadapan mahkamah Tuhan
Sekaligus aku berharap
Kiranya persangkaanmu itu
Semacam doa bagiku,
Semoga
Kalau begitu
Kamu pasti hantu
Nah
Bila engkau menakarku
Di bawah dari nilaiku sesungguhnya
Kumaafkan engkau
Karena sesungguhnya
Engkau tidak mengetahui
Begitu juga aku
Terhadap diri sendiri
Sering salah mengerti
Tetapi bukankah bahkan terhadap Tuhan
Kita sering salah sangka
Dan seenaknya?
Namun aku juga berharap
Semoga dengan merendahkan diriku
Engkau tidak merasa lebih tinggi
Dengan dirimu sendiri
Karena jika demikian,
Maka engkau telah melakukan
Dua dari kesalahan besar Iblis
Yaitu takjub atas dirinya sendiri
Dan takabur terhadap Adam
Lah, lalu siapakah anda sesungguhnya
Kawan, aku hanya cermin
Temuilah dirimu sendiri
.....yang hadir mengisi di antara dua kesunyian--kelahiran dan kematian..... (An Indonesian poems corner ; the poet : Hendragunawan)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
SAJAK JALAN PAGI BERSAMA
Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...
-
STOPPING BY WOODS ON A SNOWY EVENING Whose woods these are I think I know. His house is in the village though; He will not see me stopping h...
-
PEREMPUAN 1. Beri aku cermin kaca yang rata tak retak atau telaga bening yang tenang airnya atau genangan embun di telapak tangan bunga...
No comments:
Post a Comment