Friday, September 22, 2006

BEBERAPA SAJAK TERBARU



Photo courtesy of Joseph Rueben Elsinger, Iowa, USA


BAGAIKAN SAAT YANG PERTAMA

Bagaikan saat yang pertama
Sekaligus untuk terakhir kalinya
Ia terpana kerana biru langit, putih awan
Terkesima oleh kicau burung, hijau pohonan

Dan malamnya ia tidur dalam pulas
Dengan dada rela menerima ikhlas
Sekiranya tak bisa bangun lagi esok pagi
Seandainya nafas terakhir tak balik kembali

Namun kemudian hari matanya masih membuka
Meski harus disukuri, hatinya juga sedih kecewa
Batinnya: tugas apa lagikah harus kutuntaskan?
Janji dan hutang mana belum kupenuhi dan lunaskan?


RAGUKAN APA YANG BISA
-wasiat filsuf Theohedon kepada anaknya Antiteos

Ragukan apa yang bisa
Dan ingin kau ragukan
Agar bahagia

Ragukan segalanya
(tentu saja)
Selain dari adagia tadi

Tak ada tuhan ilahi
Tak ada firman suci
Tak ada kehidupan nanti

Hanya dirimu sendiri
Akal budi
Dan hari ini

Manusia terlampau mulia
Untuk tunduk takut
Pada yang tak kelihatan

Nah, sekarang engkau bebas
Mengawini babi perawan
Di kandang belakang


BERKATA PANGLIMA

Berkata panglima
Kita ada sedia
Peluru sebulan lama

Berkata diplomat
Proses memang berlarat
Seminggu lagi sepakat

Yang terusir hanya mencibir
Setiap menit yang bergulir
Buat kami bisa jadi yang terakhir


CEPATLAH DALAM TRANSAKSI
-nasihat seorang majikan kepada kasir

Cepatlah dalam transaksi
Tapi wajib kamu periksa teliti
Pembeli kita pada tergesa
Atau mereka yang larut pulangnya

Ramahlah secukupnya
Namun tetap waspada
Sedetik tak diawasi
Mereka pasti mencuri

Kalau bersikap seperti anjing
Perlakukan pula layaknya anjing
Dan jangan lupa, my friend
Dari pindaian harga tambahkan 50 sen


DENGAN TULUS TANPA PRASANGKA

Dengan tulus tanpa prasangka
Bunga-bunga datang berduyun-duyun
Terbang hinggap di simpang dedaun
Berkembangan memenuhi panggilan musim semi

Untuk disembelih angin musim gugur nanti


BAGAI TALI KALUNG BAGI MATA-MATA PERMATA

Bagai tali kalung bagi mata-mata permata
Semata cinta jugalah yang menjelma

Jadi gravitasi bagi berlaksa galaksi
Bagi bermilyar partikel jadi kohesi

Juga membuat aku dan kamu
Tak jemu-jemu bertemu


BERSAMA BURUNG-BURUNG BERARAK PULANG SENJA

Bersama burung-burung berarak pulang senja
Beramai-ramai para perempuan pekerja
Memenuhi perut angkutan kota
Dengan semarak canda senda

Salah seorang dari mereka
Menawarkan sekantung gorengan nangka
Sementara seorang yang lainnya
Iseng membuat wajah pak supir merona

Wahai, perempuan-perempuan pekerja
Meski mekar remajamu di antara mesin baja
Dan sisa gajimu hanya memberi gincu menyala
Serta pupur bercampur merkuri tinggi kadarnya

Namun tawa kalian yang membahana
Sungguh mengguncang perut angkutan kota
Ah, lengan-lengan padat coklat bercahaya!
Ah, dada-dada penuh mendongak bangga!


DAN HUJAN AKHIRNYA

Dan hujan akhirnya
Hanya hening

Tetapi dingin
Masih terus membara
Dari dinding ruang ini
Meski angin pun
Telah mereda derunya

Derum kendaraan
Di luar pekarangan
Seperti celetuk kikuk
Untuk menepis sepi
Dari tamu kemalaman
Setelah lama senyap
Dalam setengah lamunan

Kelopak bunga di taman
Pasti lelah bertahan
Menampung genangan

Tiga
Sisa rintik
Kian perlahan

Me

Ni

Tik


b e r b i s i k


Dengan batu-batu


KANTUNG MATA

Kantung mata
Yang menggelantung malas
Di bawah pelupuknya
Mengandung bertumpuk kantuk
Dari sepuluh tahun
Mimpi buruk pensiun

Saban malam coba dilarutkannya
Takut serta cemas mendera
Dengan keras wiski
Deras mengguyur
Dan gesit genitnya
Pelayan syur berbikini

Biar jantung dan hati
Menggembung dan pecah sekalian
Sebelum keburu diringkus
Oleh petugas kesejahteraan
Mesti meringkuk di panti
Menanti eksekusi mati


BILA DATANG DUKA BENCANA

Bila datang duka bencana
Janganlah keburu berburuk sangka

Mengira Tuhan sedang menghinakanmu
Dan alam mengkhianatimu

Sungguh kemuliaan dan kedekatan
Tidaklah terkait dengan kesenangan

Lihatlah dulu siapa dirimu sendiri
Dan bagaimana sikapmu menghadapi

Satu bencana yang sama
Berbeda makna dan manfaatnya

Sakit perih yang mendera diri
Adalah azab bagi pendosa keji

Bagi yang lalai khilaf teguran peringatan
Namun jadi ujian di hati yang beriman

Sedangkan untuk para wali rezeki
Dan perhiasan mahkota bagi nabi


KELENGANGAN JALAN YANG MEMBENTANG LAPANG

Kelengangan jalan yang membentang lapang
Dan merentang panjang di hadapan itu
Adalah untukku
Titik-titik cahaya gemintang dan lelampu kota
Yang berpijar gemetar di cakrawala sana
Adalah punyaku
Gemerisik syahdu pohonan, gelitik dingin angin basah,
Dan bisik merdu serangga dari kelabu bongkah batu
Adalah bagiku
Harum yang terburai ketika bunga-bunga bangun
Menguraikan ranum rahasia mereka
Adalah milikku

Ketika aku berjalan menyusuri hari larut begini,
Tengah seluruh warga beserta walikota
Abai terkulai memeluk mimpi-mimpi lena
Dan seperti putra mahkota alam yang muda perkasa
Jumawa aku melangkah tegak dan gagah
Merajai megah malam ini


KATA PAMIT

Sekian jauh langkah diayunkan
Tentulah banyak sesat tujuan
Kiranya dibenarkan,
Dibenarkan.

Sekian patah kata diguraskan
Tentulah ada hati yang gusar
Kiranya dimaafkan,
Dimaafkan.

Seperti halnya Podang
Sahaya hanya berdendang
Menurut alih musim
Mengikut silir angin

Sebelum peluru pemburu
Melesat laju menembus
Dan sayap kaku
Terlipat sendu


PERTANYAAN MUSIM SEMI

Semerbak semi seri kembang
Hiasi pohon bunga dan rumputan
Wangi warna harum cemerlang
Ditingkahi kicau burung bersahutan

Ah
Apakah artinya
Bila yang pergi setahun lalu
Tak akan pernah lagi kembali?

No comments:

SAJAK JALAN PAGI BERSAMA

  Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...