Friday, September 22, 2006

SALAWATAN


photo: www.islamicfinder.com gallery


Pada setiap kedip mata
Pada setiap hela nafas
Pada setiap degup jantung
Pada setiap denyut nadi
Pada setiap geletar zarrah
Sebanyak mahluk nyata dan gaib
Dari awal hingga akhir masa
Sebanyak sel dan partikel
Penyusun tubuh renik hingga semesta raya
Sebanyak hitungan nikmat Tuhan
Dan kandungan ilmu Tuhan

Shalawat yang adzim
Salam yang takzim
Berkat yang berlimpah
Rahmat yang tercurah
Tanpa henti tiada putusnya
Senantiasa atas Paduka Nabi
Hamba dan rasul yang ummi
Beserta keluarganya tak terkecuali

Ia yang terdahulu diciptakan
Ia yang terakhir diutuskan
Ia yang terawal dibangkitkan
Ia yang kesaksiannya didengarkan
Pembagi syafaat yang pertama
Dan yang terutama
Ayat yang paling terang
Mukjizat hidup yang gemilang
Rahmat dan teladan
Di segala alam,
Bagi semua ciptaan

Kitab di hatinya, pedang di tangannya
Adalah jamal dan jalalnya
Dari insan paling kamal
Yang tak mundur meski setapak
Dalam setiap pertempuran
Melawan kekejian dan kemusyrikan
Di terik siang ketika hari membara
Yang tersungkur menangis tersedu
Dalam zikir dan tafakur
Kala larut malam dingin dan sepi
Paling sempurna makrifatnya
Namun terus berlaku sembah
Meskipun harus bersimpuh
Sebagai ganti tegak berdiri
Ketika lanjut usianya
Walaupun harus di papah
Oleh sahabat di kanan kiri
Saat sakit jelang ajalnya

Ia yang diperjalankan
Ia yang dekat dan didekatkan
Ia yang tinggi dan ditinggikan
Imam bagi para malaikat dan arwah
Penakluk para kaisar dan raja dunia
Yang duduk tidur di atas debu tanah
Makan dari roti gandum kasar
Menjahit sendiri jubah dan terompahnya
Yang doanya dikabulkan sebelum diutarakan
Dan kepadanya ditawarkan dunia seisinya
Namun hanya meminta rezeki
Bagi diri dan keluarga
Sekedar kenyang sehari, lapar sehari
Dan menahan sakit serta demam
Untuk menunjukkan indahnya jubah kerelaan
Megahnya mahkota kesabaran

Fitnah dan hujatan
Dari pembenci dan pendengki
Duga dan sangka
Dari si jahil dan gafil
Makian dan serapah yang sama
Yang turun temurun terus diwariskan dikunyah
Oleh para pengumpat pencela
Tak akan pernah menodai harkat martabatnya
Tak akan pernah menggoyahkan derajat luhurnya
Yang mencoba meludahi langit tinggi
Niscaya akan membasuh mukanya sendiri
Dalam curahan lendir hina

Wahai
Berdebaran rindu
Hati umatnya oleh cinta
Bergetaran takut
Hati musuhnya oleh wibawa
Meski terpisah raga
Oleh tempat dan masa
Sukmanya senantiasa
Membalas sapa
Hakikinya lebih dekat
Dari ibu dan bapa
Dan biarlah hangus terbakar hati mereka
Yang penuh angkuh bangga
Tertawa-tawa di atas tumpukan kebodohan
Di tengah hamparan kehampaan jiwa
Dalam kelamnya malam gulita
Yang memutus sendiri
Uluran tali rahmat
Lalu menutup mata
Dari tuntunan
Suluh hidayat

No comments:

SAJAK JALAN PAGI BERSAMA

  Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...