NYANYIAN SI PENIDUR
Kilat yang menyayatkan ketakutan
Dan menorehkan harapan,
Angin yang berhembus membawa kabar
Dan membuat benih tersebar,
Air yang tercurah membawa kehidupan
Dan membersihkan noda kotoran,
Kutampung semuanya, kurengkuh lengkap
Dalam tidur yang dalam dan lelap
Ketika raga yang rapuh fana terbujur tinggal
ruh kembali luruh ke dalam genggaman Yang Tunggal
Indra telah disenyapkan, kesadaran insan dilenyapkan,
Pengalaman dan pengamatan pun terendapkan
Diri menjelma sehelai daun melayang dihembus angin,
Jadi batang kayu mengambang hanyut di arus sungai
Maka dadapun terbuka menjelma lembah
Terhampar menerima rahmat yang tercurah
Langit menyentuh bumi dengan perlahan mesra
Menumbuhkan bunga dan buah beraneka rupa
Karena hujan yang melantunkan mantera mistis
Telah menghanyutkanku menyatu dengan gelombang kosmis
MEDITASI BERJALAN KAKI
Kesadaran insan adalah badai puting beliung
Yang berputar berpusing menghisap sekeliling
Maka untuk menemukan diri yang hakiki
Aku menempuh kota sendirian berjalan kaki
Dengan berjalan kaki kuselami samudera semesta
Dalam senyap meditasi di tengah gegap suasana
Khusuk kualami alam yang mengitari
Untuk memilah memilih mana sampah mana sejati
Kubedah kesadaran yang telah hitam menggelembung
Dengan pisau perhatian yang tajam mengacung
Kemudian kukembalikan segalanya kepada yang berhak
Kuserahkan suara kepada irama, irama kepada gerak,
Gerak kepada daya, daya kepada kehendak saya
Kuserahkan pula warna kepada cahaya, cahaya kepada surya
Hingga yang tersisa hanyalah telapak yang menjejak tanah
Dengan otot yang berkelojot, nadi yang mengompa darah
Namun masih juga kucincang otot-otot, kurajang nadi-nadi
Lalu keselisik setiap sel tubuh dengan hati-hati
Hingga kutemukan ia dalam kesempurnaan hening :
Diri yang diam bersemayam di pusat kening
Namun sebelum sempat kupersembahkan salam
Bagai dewa yang sekejap menjelma, ia keburu silam
Tetapi badai yang berpilin sekarang telah usai berakhir
Tinggal aku yang berjalan tenang bagai angin semilir
PERHATIAN PENUH
Perhatikan dengan
tenang dan sayang
setan mungil di nadi
anjing kecil yang terus berliur
api reda yang seketika dapat melunjak
gelombang yang membubung
hanya untuk jadi buih di ujung pantai.
Perhatikan dengan
tenang dan sayang
seperti maling yang tertegun malu
saat melihat bayang diri di cermin
begitu juga nafsu perlahan padam
saat disadari dan dipandangi
dengan tenang dan sayang.
TUNTUNAN IBADAH MAKAN
Sebelum mulai makan
sebutkan dahulu Nama Tuhan.
Karena makan bukan untuk hidup semata
ia ritual yang sakral dan teramat mulia.
Di hadapan kita selain tersaji ikan ayam dan sayuran
juga ikut terhidang cacing yang dimakan ayam dan bebatuan.
Dunia mineral, tumbuhan, dan hewan melata,
menanti saat pembebasan dan kelahiran kembali mereka.
Perhatikan dulu apa-apa yang kau makan
perhatikan juga bagaimana ia kau dapatkan.
Lalu duduklah sopan tunduk khidmat tanpa bicara
segala yang dimakan akan turut membangun raga.
Santaplah yang halal baik tiada berlebihan
karena semua itu akan ikut menyusun kesadaran.
Apa-apa saja yang kau santap di meja
akan terangkat derajatnya jadi manusia.
Ya, betapa agung hakekat makan
ia ucapan syukur dan ibadah sembahyang kehidupan
Lebih daripada untuk menyambung nyawa,
ia lestarikan putaran roda eksistensi ciptaanNya.
Sesudahnya jangan lupa ucapkan
puji bagi Pemilik Semesta Kenyataan
di dalam perutmu, penuh riang-haru mereka
juga khusyuk bersyukur memujaNya.
.....yang hadir mengisi di antara dua kesunyian--kelahiran dan kematian..... (An Indonesian poems corner ; the poet : Hendragunawan)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
SAJAK JALAN PAGI BERSAMA
Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...
-
STOPPING BY WOODS ON A SNOWY EVENING Whose woods these are I think I know. His house is in the village though; He will not see me stopping h...
-
PEREMPUAN 1. Beri aku cermin kaca yang rata tak retak atau telaga bening yang tenang airnya atau genangan embun di telapak tangan bunga...
No comments:
Post a Comment