Tuesday, November 07, 2006

ANGIN CERMIN RUMAH TUA (Dari arsip sajak lama)

RIWAYAT ANGIN

Angin yang senantiasa mengembara tanpa henti
selalu sama kapan dan dimana saja ia lalu,
berjuta tahun ia telah mengelilingi bumi ini
menengok setiap pelosok, menyusupi sudut-sudut sepi itu.

Ia mengendapkan segenap peristiwa
ia mencatat segala kata yang pernah terucap
semenjak saat yang pertama
ketika terang mentari menyingkap gelap.

Dipendamnya semua rahasia : jerit serta tawa kecil hawa
kala adam menariknya ke balik rumpun pohonan taman,
juga hiruk pikuk dahsyat perang purba yang sama sekali terlupa,
bahkan bau harum tubuh para peri yang pernah menghuni perbukitan.

Dan ketika kau terlelap di pembaringan malam hari ini
iapun menghembus masuk di terali jendela, perlahan
mengelilingi kamar tidurmu sekali, kemudian berhenti
lalu bergelung lembut di telingamu, membisikkan impian.


SAJAK-SAJAK CERMIN

1.
Apakah cermin juga menyimpan kenangan?
Berapa banyak wajah dan peristiwa telah menguap
di hadapannya. Dan meskipun ia jendela yang memperlihatkan
diriku padamu, engkau tetap menolak menjawabku ketika aku
bertanya kepadanya. Engkau hanya mengabur
mengubur rahasianya, ketika ia
mendekat kepadaku, katamu,
apakah aku juga menyimpan kenangan?

2.
Ia hanya mengilap di sana
diterpa cahaya ditimpa gelap
tetap setia menerima segalanya,
melepas tanpa bekas
semuanya
lenyap tak lekat padanya

3.
hatiku, cerminmu


RUMAH TUA

dinding-dinding daging mendingin fana
sulur-sulur urat terjulur lena
dan tiang-tiang belulang yang lekang
hampa kini kian merenggang

lumut menyelimuti di pojok sana
di sudut situ lelaba merajut rumahnya
meskipun sesekali angin yang datang
bikin jendela menjerit, pintu mengerang

No comments:

SAJAK JALAN PAGI BERSAMA

  Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...