Rakyat negeriku berhamburan
Bapak-bapaknya
Merumput di trotoar
Dengan gerobak lapak seadanya
Yang kelak dibongkar
Kobaran api
Ibu-ibunya berhimpitan
Di lambung pesawat
Menuju rimba negeri orang
Dan pulangnya limbung jadi rebutan
Diperas habis-habisan
Para aparat bandara
Sedangkan anak-anaknya:
Menadahkan tangan
Menodongkan pisau
Menawarkan badan
Di simpang-simpang jalan
Nanti gantian digilir keamanan
Lihatlah mereka, 200 juta berdesak berhimpit
Bersusah payah mempertahankan kewarasan
Sementara para turis mancanegara
Yang di negara mereka dimanja
Dengan aneka tunjangan dan waktu luang
Oleh pemerintah mereka,
Tetap menuntut rakyat negeriku
Untuk terus tersenyum tulus dan polos
Seperti wajah cerah di kartu-kartu pos
Berakrobat jungkir balik, kalang kabut
Rakyat negeriku
Mesti mengurus nasib sendiri, setelah dikhianati
Orang-orang culas dan tak becus
Yang dahulu pernah bersumpah mati
Mampu mengurus nasib mereka:
Para penipu dan pencuri ulung
Atasannya korupsi besar-besaran
Bawahannya pungli kecil-kecilan
Dalamannya minta ampun
Sedangkan kaki tangannya
Rakus dan kerasnya bukan main
Diperdaya sekian lama
Dirampok berkali-kali
Dibunuh berulang-ulang
Mereka hanya tegak diam
Dengan mata pejam
Dan basah di pipi kusam
Mereka yang telah
Kehilangan suara
Akan menuntut balik
Menggugat dengan kebisuan
Yang lebih tajam dan mencekam
Daripada sejuta mata lembing
(2007)
.....yang hadir mengisi di antara dua kesunyian--kelahiran dan kematian..... (An Indonesian poems corner ; the poet : Hendragunawan)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
SAJAK JALAN PAGI BERSAMA
Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...
-
STOPPING BY WOODS ON A SNOWY EVENING Whose woods these are I think I know. His house is in the village though; He will not see me stopping h...
-
PEREMPUAN 1. Beri aku cermin kaca yang rata tak retak atau telaga bening yang tenang airnya atau genangan embun di telapak tangan bunga...
No comments:
Post a Comment