Sunday, May 01, 2011

SAJAK-SAJAK 2011

HAIKU DARI BEDENG KAYU

Di tangga kayu bedeng darurat itu
Seorang ibu duduk menyisir rambutnya
Sendirian saja, sepagi ini

(2011)


HAIKU SEPATU BARU

Seperti kekasih terakhir
Masih erat peluknya
Mencengkeram telapak kaki

(2011)


ILUSI ATAP BOCOR

Dentaman pada pintu
Menghentakkan mimpiku: tiktik air hujan
jatuh ditampung loyang!

(2011)


LAHIRNYA PAHLAWAN BARU

Melintasi terik dan trafik jam satu
Bocah jalanan beraut serius itu
Melangkah nyeberangkan seorang dara
Dengan busung dada, dongak dagu berbangga

(2011)


SRI LAUT

Bertahun-tahun tabah bertahan ia, menerima
Limpahan limbah, simpanan sampah buangan kita
Tahu-tahu, hanya sekali sentakan pinggulnya
Rubuhlah tanggul pantai, luluhlantak pula kota

(2011)


INTEROGASI

Pesakitan duduk terpaksa
Di dalam kamar periksa
Adalah si aku
Yang harus mengaku

Lewat cermin searah
Kutahu engkau menatap
Meski tak akan pernah
Parasmu kutangkap

Biarpun hanya bayangku
Terkaca di situ, tak kuragu
Di sebaliknya, engkau
Tengah cermat mengamatiku

Mengapa mengusutku kini
Asal mula benang kusut ini
Engkau pun tahu
Dari mana berpangkal dahulu

(2011)


PENGINTAI

Seperti gula pasir
Di sela-sela air
Aku akan menyusup masuk
Tanpa menambah sesak
Penuhmu

Aku akan diam
Bagai batu
Membungkam
Agar tak kau sadari
Hadirku

Aku bahkan rela
Diselimuti lumut kelabu
Dilumatkan hingga mendebu:
Semoga pandangmu
Tak tercederai

Hingga tiba waktu, deru
Anginpun datang membantu:
Aku akan menyerbu
Sekedar untuk menodai
Ujung tepi gaunmu

(2011)


MADAH PANJANG SANG PENCINTA

Tatapan yang mendamba dan saling menyambut,
Sentuhan halus dan bisikan lembut beriring gigil kecil
Kapankah akan menjadi laku sembah
bagi sepasang kekasih kepada yang disebut
Sang Kasih itu sendiri?

Walau waktu mengulurkan sulur-sulurnya menjangkau
Cakrawala, langkah yang tertatih mestilah diteruskan
Meski letih dan terhalang kuala, karena bara cahaya
Telah menyemburat di sana, bagai lambaian putih
Lengan-lengan harapan yang cemerlang

Alangkah jauh rengkuhan angan, betapa
Singkat rapuh usia insan. Namun jika maut
Memagut di tikungan tak terduga itu,
Tiada lagi takutku karena telah bahagia
Dianugerahi cinta oleh Kekasih

Bagaimana bisa merahasiakan rasa cinta
Dan sukacita ini? Biarpun kupendam guci hatiku
Dan pintu mulutku kukatup rapat-rapat, tetapi
Siapa yang dapat menyamarkan binar pada mata
Dan semburat merah mesra pada sepasang pipi?

Langkah makin ringan bagai beralaskan awan
Dan tungkai terayun riang melalui jalan desa
Yang berbatu ini dan walau tak pernah kuumbar
Pohon-pohon dan arakan mega bergerak-gerak juga
Seakan telah tahu siapa kekasihku yang satu itu

Langit begitu jernih dan biru seperti satin
Terentang terang namun matahari tenang mengambang
Hangat dan ramah tak memanggang, seperti mengerti
Bahkan, sepanjang perjalanan ini rindu yang rindang
Turut membantu meneduhi

Lihatlah, pemukiman di sana
Bagai makam lama, samar tersembunyi dan sentosa
Andai saja aku adalah sebatang panah
Melesat secepatnya kuingin terbang
Agar segera tiba di ambang pintu Kekasihku

(2011)


MENANTI TIDUR

Kantuk yang iseng namun manja
Datang meniup dan mengusap kelopak mata

Menggelayut lembut merayu kemayu ia
Berayun di helaian bulu-bulunya

Lalu merekatkan kedua pelupuknya
Dengan imingan impian bahagia

Maka, bagai sepasang kekasih yang terpisah lama
Merekapun saling berpelukan, erat dan mesra

(2011)

No comments:

SAJAK JALAN PAGI BERSAMA

  Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...