HAIKU DARI BEDENG KAYU
Di tangga kayu bedeng darurat itu
Seorang ibu duduk menyisir rambutnya
Sendirian saja, sepagi ini
(2011)
HAIKU SEPATU BARU
Seperti kekasih terakhir
Masih erat peluknya
Mencengkeram telapak kaki
(2011)
ILUSI ATAP BOCOR
Dentaman pada pintu
Menghentakkan mimpiku: tiktik air hujan
jatuh ditampung loyang!
(2011)
LAHIRNYA PAHLAWAN BARU
Melintasi terik dan trafik jam satu
Bocah jalanan beraut serius itu
Melangkah nyeberangkan seorang dara
Dengan busung dada, dongak dagu berbangga
(2011)
SRI LAUT
Bertahun-tahun tabah bertahan ia, menerima
Limpahan limbah, simpanan sampah buangan kita
Tahu-tahu, hanya sekali sentakan pinggulnya
Rubuhlah tanggul pantai, luluhlantak pula kota
(2011)
INTEROGASI
Pesakitan duduk terpaksa
Di dalam kamar periksa
Adalah si aku
Yang harus mengaku
Lewat cermin searah
Kutahu engkau menatap
Meski tak akan pernah
Parasmu kutangkap
Biarpun hanya bayangku
Terkaca di situ, tak kuragu
Di sebaliknya, engkau
Tengah cermat mengamatiku
Mengapa mengusutku kini
Asal mula benang kusut ini
Engkau pun tahu
Dari mana berpangkal dahulu
(2011)
PENGINTAI
Seperti gula pasir
Di sela-sela air
Aku akan menyusup masuk
Tanpa menambah sesak
Penuhmu
Aku akan diam
Bagai batu
Membungkam
Agar tak kau sadari
Hadirku
Aku bahkan rela
Diselimuti lumut kelabu
Dilumatkan hingga mendebu:
Semoga pandangmu
Tak tercederai
Hingga tiba waktu, deru
Anginpun datang membantu:
Aku akan menyerbu
Sekedar untuk menodai
Ujung tepi gaunmu
(2011)
MADAH PANJANG SANG PENCINTA
Tatapan yang mendamba dan saling menyambut,
Sentuhan halus dan bisikan lembut beriring gigil kecil
Kapankah akan menjadi laku sembah
bagi sepasang kekasih kepada yang disebut
Sang Kasih itu sendiri?
Walau waktu mengulurkan sulur-sulurnya menjangkau
Cakrawala, langkah yang tertatih mestilah diteruskan
Meski letih dan terhalang kuala, karena bara cahaya
Telah menyemburat di sana, bagai lambaian putih
Lengan-lengan harapan yang cemerlang
Alangkah jauh rengkuhan angan, betapa
Singkat rapuh usia insan. Namun jika maut
Memagut di tikungan tak terduga itu,
Tiada lagi takutku karena telah bahagia
Dianugerahi cinta oleh Kekasih
Bagaimana bisa merahasiakan rasa cinta
Dan sukacita ini? Biarpun kupendam guci hatiku
Dan pintu mulutku kukatup rapat-rapat, tetapi
Siapa yang dapat menyamarkan binar pada mata
Dan semburat merah mesra pada sepasang pipi?
Langkah makin ringan bagai beralaskan awan
Dan tungkai terayun riang melalui jalan desa
Yang berbatu ini dan walau tak pernah kuumbar
Pohon-pohon dan arakan mega bergerak-gerak juga
Seakan telah tahu siapa kekasihku yang satu itu
Langit begitu jernih dan biru seperti satin
Terentang terang namun matahari tenang mengambang
Hangat dan ramah tak memanggang, seperti mengerti
Bahkan, sepanjang perjalanan ini rindu yang rindang
Turut membantu meneduhi
Lihatlah, pemukiman di sana
Bagai makam lama, samar tersembunyi dan sentosa
Andai saja aku adalah sebatang panah
Melesat secepatnya kuingin terbang
Agar segera tiba di ambang pintu Kekasihku
(2011)
MENANTI TIDUR
Kantuk yang iseng namun manja
Datang meniup dan mengusap kelopak mata
Menggelayut lembut merayu kemayu ia
Berayun di helaian bulu-bulunya
Lalu merekatkan kedua pelupuknya
Dengan imingan impian bahagia
Maka, bagai sepasang kekasih yang terpisah lama
Merekapun saling berpelukan, erat dan mesra
(2011)
.....yang hadir mengisi di antara dua kesunyian--kelahiran dan kematian..... (An Indonesian poems corner ; the poet : Hendragunawan)
Sunday, May 01, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
SAJAK JALAN PAGI BERSAMA
Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...
-
STOPPING BY WOODS ON A SNOWY EVENING Whose woods these are I think I know. His house is in the village though; He will not see me stopping h...
-
PEREMPUAN 1. Beri aku cermin kaca yang rata tak retak atau telaga bening yang tenang airnya atau genangan embun di telapak tangan bunga...
No comments:
Post a Comment