WRITER’S BLOCK
Beberapa kali sempat berpacar
Inspirasi ngadat, puisi tak lancar;
Adakah gerangan sang dewi puisi
Cemburu pada si dara berkawat gigi?
(2011)
CINTA RAHASIA
Aku rasa aku telah jatuh cinta
Kepada sebatang pohon itu
Tumbuh di tengah petak sawah
Yang tersisa di dekat pemukiman
Lebih ramping, kukuh dan sepi ia
Daripada seorang gadis penyendiri
Setiap melalui jalan kampung
Kusempatkan menoleh menatapnya
Penuh kagum dan terpesona
Ia pasti juga selalu
Menanti saat aku lalu dan berpaling
Atau sekedar mengerling kepadanya
Kini petak sawah telah terjual
Dan tengah dimatangkan
Dikeringkan dan ditimbun
Untuk pembangunan rumah
Semoga ia tidak ditumbangkan
Oleh sang pemilik baru
Aku tentu akan sangat kehilangan
Jika kembali melalui jalan
Di mana kami dahulu sering
Saling mengerling dan memandang
Meski tak pernah bertegur sapa
Bertukar kata
(2011)
TRAGEDI HUJAN KOTA
Berpuluh kilo
telah ia tempuh
terengah
hanya untuk jatuh
karena mencintai tanah
ingin ia membasahi
segala jalan dan pekarangan kita
Namun aspal tebal
dan pelataran beton kota
berkomplot melontarkan ia
kembali ke selokan
terus mengalihkan alirnya
hingga berakhir tumpah
di lautan
Tersia datangnya
tanpa sempat berjumpa
sekedar mengusap
membasuh dan mengisi
kaki akar bunga
mulut sumur
hati bumi
Kepada lubuk samudera
berbisik ia
terisak mengadu
sedangkan langit
yang terbentang tahu
mengelabu mendung
membendung sedu
(2011)
HAIKU BOCAH BELAJAR MENULIS
Riang gembiranya, riya bangganya
Meski baru bisa
Membubuhkan senoktah titik tipis
(2011)
KERINDUAN
Rindunya bunga
Larut dalam tanah
Rindunya garam
Larut dalam samudera
Rindunya embun
Larut dalam angin
Rindunya bara
Larut dalam nyala
Rindunya bianglala
Larut dalam cahaya
Rindunya aku
Larut dalam-
Mu
(2011)
SEMOGA SAJAK-SAJAK INI ADALAH
Cambuk petir
Menghantam hutan
Dengan api
Membangunkan benih
Dari tanah
Tiang angin
Membadai berpusing
Mengukir kembali
Bukit lembah
Bentang gurun
Bubungan asap
Dari altar korban
Menjulang tinggi
Menggamit langit
Membujuk minta
Seuntai bianglala
Lengkung di cakrawala
Menguraikan
Rahasia warna
Sang surya
Sebatang sungai
Membawa desis
Rindu damba
Gunung pusat benua
Jauh ke jantung samudera
Spiral asam
Menyimpan sisa
Sidik jari
Dari masa
Mula penciptaan
Sehelai selendang
Milik bidadari
Yang sedang mandi
Dan berdendang
Di sendang
Setangkai ranting
Menating bunga
Menyamarkan
Garis langit
Dari pandangan
Atau sekedar
Seuntai pita
Di bungkus bingkisan
Menghias kejutan
Yang manis
Untukmu
Semoga
(2011)
.....yang hadir mengisi di antara dua kesunyian--kelahiran dan kematian..... (An Indonesian poems corner ; the poet : Hendragunawan)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
SAJAK JALAN PAGI BERSAMA
Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...
-
STOPPING BY WOODS ON A SNOWY EVENING Whose woods these are I think I know. His house is in the village though; He will not see me stopping h...
-
PEREMPUAN 1. Beri aku cermin kaca yang rata tak retak atau telaga bening yang tenang airnya atau genangan embun di telapak tangan bunga...
No comments:
Post a Comment