Monday, December 04, 2006

SAJAK-SAJAK JAWA KUNA

[Tiga sajak di bawah ini berasal dari terjemahan sajak-sajak karya pujangga Jawa Kuna dalam bahasa Inggris oleh Tom Hunter, yang diterbitkan sebagai buku berjudul Blossoms of Longing: Poems of Love and Lament from the Old Javanese, oleh Yayasan Lontar, Jakarta. Penulis memperolehnya atas kebaikan Mbak Hapsari K.]


LET THEM BE THE REMINDER OF MY LONGING

How can you go away,
you,
who were so single-minded in love making,
and exchanging the gift of life?

Where now shall I seek the charming things
you whispered to me
when we shared a single sleeping cloth?

Look back now and see my chignon
that has fallen open,
no more to be combed by four fingers
that would fall to the nape of my neck,

I will preserve with gentle care
the nail mark you inflicted on my breast-
let them be a reminder of my longing.

*Arjunawiwaha - canto xxxv - 12

PENANDA RINDU

Bagaimana bisa engkau berlalu,
Sayangku, Engkau
Yang dulu sungguh khusuk syahdu dalam cumbu rayu
Dan bertukar padu rasa asmara?

Kemana lagi akan kucari, pesona
Yang kau bisikkan lirih lembut menenung
Ketika kita berdua masih berbagi selimut?

Tengok dan lihatlah, gelung sanggulku
Telah jatuh kusut terburai
Tak lagi disentuh halus oleh sisir jemarimu
Yang slalu akan mluncur turun tuk mengelus tengkukku

Akan kusimpan penuh sayang
Kenangan digoreskan kukumu pada dadaku
Sbagai peneguh sugguh rinduku, untukmu



MY BELOVED

Indifferent am I to the love in my heart -
my thoughts race this way and that,

Indifferent am I to the art of make up -
for powders or perfumes I have no taste,

Indifferent am I to food or sleep -
so intent am I on what is in my heart,

Indifferent am I to life or death -
for all I ca recall are the charms
of my beloved.

*Bhasa Tanakung - canto IX - 1

KEKASIHKU

tak kuacuhkan cinta di hatiku-
fikirku rusuh berkesiur gelisah

tak kuacuhkan rias hias wajah-
pada parfum dan pupur ku tak peduli

tak kuacuhkan nampan dan tilam-
hanyutku oleh arus dalam kalbu

tak kuacuhkan hidup dan mati-
satu hanya yang kukenang: pesona tenung
Kekasihku



WHEN I HAVE DIED

As you wander along the seashore
and admit the beauty of distant mountains,

Trough dark, shrouding clouds
that change to delicate misting rain,

You may hear a sweet, rumbling thunder,
faint and restless its sound,

That will be the trasformation of my weeping
when I have died,
exhauted from the pain of longing.

*Bhasa Tanakung - canto VII - 1

BILA NANTI KU MATI

bila kelak engkau berjalan menyusur pesisir
jatuh terpana pada indah gunung menjulang jauh

dan dari sela gemulung kelam mendung
yang terburai luruh jadi gerimis renyai,

mungkin kan kau dengar pula, gurih gemuruh guruh
menyayup resah dan redup bahananya

itulah titis ratap tangisku, kasih, terkuras letih
menjelma dari dahaga damba akanmu,
meski ragaku telah sirna direnggut maut

No comments:

SAJAK JALAN PAGI BERSAMA

  Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...