FRAGMEN KECIL DI BERANDA
Sudah selesai hujan
Meski sisa gerimis
Masih juga berjatuhan
Membasahi beranda
Di mana kita berdua
Sama berada
Barisan lampu kota di jauhan
Mulai semarak lagi
Berlomba cahayanya
Suara klakson samar meriuh
Kembali ribut saling sahut
Melanjutkan malam
Angin berkesiur
Merisikkan dedaun
Meliuk di rumpun perdu
Lalu dengan sendu
Meluruhkan bunga jambu
Di halaman rumahmu
Pada genangan air
Bayang terpencar
Warna berpendar
Sama samarnya
Kenangan masa lalu
Yang silam mengelam
Bahkan hujan juga
Berkesudahan, bukan
Begitu pula kesedihan
Kehidupan dan bahkan
Kematian itu: kita akan
Selalu berlalu
Aku pamit pergi
Setelah teguk teh terakhir
Meski tak berkata
Kau anggukkan juga kepala
Dan dengan perlahan
Merapikan kerah jaketku
STASIUN LAMA
Tanpa desis, derak dan lengking
Tanpa harap cemas dan debar damba
Tanpa ada yang sampai dan yang melambai
Stasiun lama kini jadi begitu hening
Loko hitam teronggok merongsok hampa
Di sana-sini sisa kabel putus jatuh terjuntai
Meski penuh jejaring lelaba, tai tikus, bau pesing
Sekali dua pelacur tua datang gelar tikarnya
Bagi si berandal muda, jagoan berambut rumbai
Dan akan bercinta juga mereka, abaikan sekeliling
Sebab larat nasib dan deret gerbong nyaris sama
Tak lagi merangkak, tinggal tunggu habis membangkai
.....yang hadir mengisi di antara dua kesunyian--kelahiran dan kematian..... (An Indonesian poems corner ; the poet : Hendragunawan)
Sunday, December 17, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
SAJAK JALAN PAGI BERSAMA
Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...
-
STOPPING BY WOODS ON A SNOWY EVENING Whose woods these are I think I know. His house is in the village though; He will not see me stopping h...
-
PEREMPUAN 1. Beri aku cermin kaca yang rata tak retak atau telaga bening yang tenang airnya atau genangan embun di telapak tangan bunga...
No comments:
Post a Comment