(Dalam masa kampanye Pilpres 2009, seorang kawan meminta saya mengarang sajak mendukung Jusuf Kalla. Meski memilihnya lebih dari kedua kandidat lain, saya tidak mau dan juga tidak mampu memenuhi permintaan itu. Namun, setelah suntuk seharian sehabis mengetahui pengumuman hasil hitung cepat, sajak inipun mengalirlah. Barangkali berlebih, tetapi biarlah saya katakan: dalam dirinya, seolah sosok Syahrir dan Hatta, dalam kadar tertentu, terpadu lahir kembali)
Pulang, pulanglah JK,
Membina keluarga,
Mengelola sekolah,
dan menegakkan mesjid;
Menjaga dan memelihara nilai-nilai
Yang lebih terhormat dan berharga
Dari hanya tahta
Dan sekedar harta
Pulang, pulanglah JK
Semasa teladan masih manis
Kelak anak cucu bugis
Akan mengurai mengulangnya
Tanpa habis
Sementara nusantara
Terbius buta untuk menilaimu
Menggilai kilap tampilan
Dari keahlian dan keterampilan
Pulang, pulanglah JK
Lugu lugas tangkasmu
Juga canda cerdasmu
Beserta songkok miring
Dan tipis mungil garis kumis
Alangkah karib hangat di hati
Meski tak sememukau
Janji jas dan dasi
Imaji basa-basi
Dengan kerah terbuka,
Lengan tergulung siaga,
Bolpen di kanan
Bloknot dalam genggaman
Engkau menyuruk bandar,
Jalan serta pasar
Memastikan gudang tetap berisi
Dan dandang rakyat mesti
Masih mengandung nasi
Sesengit saudagar, engkau
Menakar menawar
Agar neraca bangsa
Tak tekor di ujung hari
Dan setekun nene’ aji
Engkau menisik sobek bendera
Merawat cedera bunda bangsa
Menunda bubarnya
Janji bersama
Meskipun hanya segelintir
Yang mahir menaksir harga
Memang begitulah
Tabiat umumnya awam
Seperti ketika Habibie
Mereka biarkan diusir pergi
Nanti, nanti pi; tunggu mi
Ketika jiwa terjajah telah jadi
Bangkit mandiri
Penuh percaya diri
Kalla, engkau telah dikalahkan
Namun bahumu tegak tegar
Dan membusung dadamu
Dengan senyum terkulum mahfum
Dan binar di bola mata
Semoga engkau pula diselamatkan
Tercegah dari cela celaka,
tertegah dari reka mereka
Yang bersepakat menyudutkan
Untuk meninggalkanmu
Maka pulang, pulanglah JK
Membina keluarga,
Mengelola sekolah,
dan menegakkan mesjid;
Kembali ke Dasar
Menjaga yang Luhur
Tanah Bugis-Makassar
Wasiat warisan leluhur
Menantimu kembali
(2009)
.....yang hadir mengisi di antara dua kesunyian--kelahiran dan kematian..... (An Indonesian poems corner ; the poet : Hendragunawan)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
SAJAK JALAN PAGI BERSAMA
Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...
-
STOPPING BY WOODS ON A SNOWY EVENING Whose woods these are I think I know. His house is in the village though; He will not see me stopping h...
-
PEREMPUAN 1. Beri aku cermin kaca yang rata tak retak atau telaga bening yang tenang airnya atau genangan embun di telapak tangan bunga...
1 comment:
You are right.....agak berlebihan, but i like it....
Post a Comment