Saturday, July 30, 2011

SAJAK-SAJAK RAMADHAN (Dari Arsip Sajak Lama)

HAIKU SUBUH PERTAMA BULAN PUASA

Tiga anak asyik bercerita
Baju dan sepatu baru
--subuh pertama puasa


SAJAK-SAJAK DARI DEPAN TELEVISI

1.
sepertiga malam terakhir saatnya
disingkap tabir. Mendekatlah, menderaslah
daras adu dan doa. bertabur cinta dalam rahasia

tetapi di saluran nasional ada arifin dan emha
juga eko dan ulfa. Mereka sinyal yang juga gaib
namun mewujud ajaib di layar kaca

di ujung sahur, di jelang subuh, di terbit surya
ia terus memikat, terus mengikat
dengan sulur-sulur acara--di waktu wingit untuk wirid

2.
kebenaran dan fakta dalam 60 detik
argumentasi beradu berdesakan dengan
plot acara dan slot advertensi

siraman ruhani dalam 60 detik
jejak wali dijepit goyangan penyanyi kampung
yang melejit jadi ratu panggung

bagaimana memilih ketika sebenarnya aku telah
dipilih segmen rating dan waktu tayang utama
aku market yang dididik, target yang dibidik

3.
listrik. pada mulanya sederhana. seperti jalan.
ada jenius penemu. ada karya intelektual
yang ternyata bernilai jual. dan mahal.

maka jaringan disebar, alat-alat baru ditebar
beranak bercucu bercicit. cahaya menjalar membakar
kamar-kamar. ada yang tersamar: jalan hidup

dan ketika mendadak padam
kita malah berpikir menambah daya
bukannya memecahkan bola lampu


INTERLUDE

ketika firman suci
dan sabda nabi
terjepit rating tivi
dan bising advertensi

ketika hikmah sufi
dan petuah wali
terhimpit pasta gigi
dan minyak oli

bersabarlah, Tuhan kami,
jangan dulu beranjak pergi
biar yang satu ini
bisa lewat tanpa permisi


KENANGAN

Martabak yang kubeli di Pasar Daya
Tersaji di meja untuk berbuka puasa
Melihatnya, Ibu tertegun sendu lalu tersedu
“Ini pembuka kegemaran Bapakmu…”
“Ma, jangan menangis, kan masih ada saya!”
Kataku berpura-pura tabah dan ceria
Tetapi hatiku telah melesak naik ke tenggorokan
Dan mata yang membasah sengaja kukedipkedipkan


MEDITASI MALAM 27

rimba jadi ranting,
kota jadi puing

gunung tinggal palung,
lembah padang tergulung

bahkan laut susut
dan langit mengekerut

: firman turun.


LELAKI TERAPUNG

Lelaki yang terapung di laut mati,
ia dahaga. Ia bernyanyi dengan akar lidah
yang hunjam hingga di hujung jantung hati.

Bahkan malaikat penjaga tak kuasa mencatat
setiap gigil kata terjaga dari sunyinya.
Jibril pun berhenti di tapal terakhir.

Sayap-sayap cahaya mengepungnya.
Meliputinya dengan kelembutan selaput mata.
Salam. Salam. Salam. Bergema sabda menyambut.


DOA LEBARAN

Sebagaimana telah Engkau izinkan hamba bergembira
di kala berbuka puasa dan berhari raya
perkenankanlah pula hamba bisa berbahagia
ketika maut menjemput dan hari bangkit tiba.

DELAPAN PATAH KATA

kian jingga paras kota di jendela
teh panas warna tembaga di meja
dan dengan suara bariton
pria itu perlahan membaca buson

selarik haiku, selirih nyanyi:
"senja musim semi;
menyalakan lilin
dengan lilin lain"

keduanya sejenak larut terdiam
sementara senja turun temaram
setelahnya hembusan nafas lega
turut diiringi gelengan kepala

betapa, delapan patah kata
begitu sarat dengan pesona
seperti kelebat sabetan kuas
cukup melukis belantara luas

dan dalam di lubuk kalbu
lelaki itu bersyukur syahdu
atas jalan nasib dipilihnya
atas jalan lain ditolaknya

yang telah dapat memberi
kenikmatan yang tak terperi
menyelami mengalami pesona
dari hanya delapan patah kata

::
Hg::
::

HAIKU DI STASIUN KERETA

*
Di stasiun kereta
Hujan mengaburkanmu
Pada kaca jendela
*
Di stasiun kereta
Yang meninggalkan, melambai
Yang ditinggalkan, juga
*
Di stasiun kereta
Yang meninggalkan, pergi
Yang ditinggalkan, tinggal
*
Di stasiun kereta
Setelah gerbong terakhir
Menelan sedan, pulang
*
Di stasiun kereta
Hanya si gelandangan
Pulas tidur
::
HG::
::

HAIKU-HAIKU ANGIN

HAIKU-HAIKU ANGIN
*
Di atas meja: sehelai surat
Bergerak-gerak (oleh angin)
(Seolah) ingin segera berangkat
*
Surat baru tiba
Segera dibuka dibaca
-- menderu angin
*
Berjubahkan bongkah bukit
Membubung melayang
--angin padang pasir
*
Aiii, angin menyibak
Ujung tepi gaunnya
--lorong panjang sepi
*
Tangan seringan angin
Membubuhkan embun
Kerjap kelopak kejora
*
Berderak pagar,
Berkerik jangkrik:
Angin ngacir ke seberang kali!
*
Dentang genta angin
Tarian tirai jendela:
Menanti kedatangan
*
Matahari jatuh iba
Mengirimkan anginnya
--mengering keringat tengkuk
*
Selepas asar
Angin dihembuskan langit
Meredakan matahari
::
Hg::
::

Monday, July 25, 2011

DUA HAIKU AGRARIS

::
membakar kemenyan;
nyala bara, bubung asap
melenyap wangi
*
membelah-balik tanah lempung
tajam lempeng baja--
rumput tercacah, meruapkan harum
::
HG::
::

Sunday, July 24, 2011

HAIKU-HAIKU SYAKBAN

*
heningnya azan-
mu. bening-dingin sekujur tubuh
ditembus-tembusi cahaya
*
kepala yang tunduk sujud
hati yang turut khusuk: smoga nikmat ini
tak akan pernah dicerabut
*
kelepak sayap malaikat,
geletar udara:
ambang bulan cahaya
::
HG::
::

Saturday, July 23, 2011

HAIKU BERSIH SELOKAN

::
clap, clap, clap:
terburai ranjang air
hanya pasir tanah
*
parit kering;
kemana gerangan sembunyi
si kodok?
*
bau tahi kering, disebar
terik angin; lebar seringai
di baliho: walikota
*
kota kerontang hening
di kotak kaleng, sekeping kepeng
berdentang nyaring
*
dari bermalam-malam lalu
jemuran jemu
di kejang kawat, tersampir kaku
*
parit menganggur,
subur tumbuh rambatan--
siur angin, siut burung
*
sungguh tak puitik:
mengikis lamunan lumut,
menggaruk tenteram terma
::
HG::
::

Thursday, July 21, 2011

HAIKU AUTOBIOGRAFI

[merupakan tugas individual dari shensei Wahyu W. Basjir, pengelola situs padepokan Damselfly's Lament dan tembangcapung.com]

1.
Tiga auman menggema:
Dari langit Roma, gunung Cina
dan gurun Arabia

2.
Dua belas Rajab, pekik pertama
Bukan karena
Ketidakadilan, ketidakbenaran

3.
Minyak, garam: teman santapan
Tetapi kita bersama
Dan tertawa-tawa

4.
Mengabaikan harta tahta
Memilih asyik
Menatah kata-kata

5.
Sepuluh tahun lalu
Berharap cemas
Akan mati muda;

Kini hanya menikmati
Setiap matahari!

Thursday, July 14, 2011

TUJUH HAIKU JULI

1.
Dangdut koplo--
Jalanan lubang bergelombang
Menyamarkan goyangan

2.
Bahkan seteguk air es
Membakar leher;
Siang pukul satu

3.
Tiga kali ketukan—
Akupun berbalik pergi;
Leleh aspal jalan

4.
Matahari Juli—
Jalanan berganti kulit:
Kepulan debu

5.
Kuseret langkah
Tapak sepatu, aspal jalan
Enggan dipisahkan

6.
Kian belalak matari
Makin sipit
Matair sumur

7.
Sepuluh tahun lalu
Berharap cemas
Akan mati muda;

Kini hanya menikmati
Setiap matahari

Monday, July 11, 2011

DUA KISAH KESEPIAN

1. Pesan Seorang Ibu Kepada Anaknya

Ananda, dua belas jam Bunda tak bisa
Bersama; Kamu ngapain saja di sana—
Selain e-ol, mandi, mamam, nangis, ncucu,
Main, bobo, nonton, dan bosan dan menunggu?

Perawat bersertifikat dibayar lumayan mahal
Memastikan tubuhmu tumbuh layaknya mamal*
Moga selain beristirahat dan bersiap pergi lagi,
Kami mampu mengisimu dengan ilmu dan pekerti

Maafkan Bunda mesti turut meninggalkanmu
Agar tak sia-sia kuliah lima tahun dahulu
Dan selain mahalnya biaya serta gaya hidup kini
Bunda harus berjaga jika ditinggal cerai atau mati

Juga mengertilah, Bundapun harus merasa berarti
Yang tak terpenuhi dengan hanya ibu dan istri
Kelak, jika engkau selamat hingga usia dewasa
Pastilah akan mengalami dan memahami yang sama

Sudahlah, jangan cengeng dan manja, ya
Agar Nanda mandiri seperti anak di Amerika sana
Bunda telah cukup repot dan merasa bersalah
Please, beban ini janganlah lagi ditambah

*) mamal = mamalia, hewan menyusui

2. Nenek Tua

Nenek tua ditinggal sendiri seharian
Bungkuk keriput ia bagai cabai kerontang
Kesepian sangat mengajaknya ke alam ambang
Berceloteh kenangan, menyeru kawan khayalan

Saturday, July 09, 2011

KUATRIN-KUATRIN JALAN RAYA DAN SAJAK LAIN

KUATRIN-KUATRIN JALAN RAYA

1.
Setiap mereka yang berduit
Merasa lengkap dengan bermobil
Maka lihat jalan-jalan menyempit
Muat berdelapan, penumpangnya nihil

2.
Mobil bapak sesuai acara: rapat atau off-road
Mobil ibu serasi warna gaun: kuning atau coklat
Sedangkan mobil si kakak dan adik tipe city-car
Joknya masih lapang tuk bercengkerama sama pacar

3.
Berapa mineral bumi berapa bahan energi
Berapa kadar buangan dan tingkat kebisingan
Pula berapa meter per segi ruang dimonopoli
Inilah, bagi tiap pengguna, biaya lingkungan

4.
Ketika lampu padam, dayanya diperbesar
Ketika jalan macet, tepinya diperlebar
Kita memang lebih menuntut pemenuhan
Meskipun lebih mudah menahan keinginan

5.
Di jalan-jalan yang berulang diperlebar
Berderet antri seperti kartu gaple
Mobil-mobil anyar jualan negara luar
Eh, juga satu dua terselip: sang pengendara harley!

6.
menderas arus kendaraan tak putus bergelombang
menepikanmu berputus asa tak kuasa menyeberang
mungkinkah dikirimkan kembali Musa, Sang Utusan
membelah laut peradaban pemuja mesin dan kecepatan?

7.
Punya duit itu soal rezeki
Hal beli mobil itu hak asasi
Yang sial nasib si rakyat kecil:
Tak berduit, smaput disrempet mobil


PASAR TERBAKAR

Pasar-pasar lama runtuh dijalari api
Pasar-pasar baru riuh disesaki pembeli
O, kota yang membongkar dan membakar
Anganmu terbangun goyah tanpa akar!


HAIKU-HAIKU

1.
Aku berjalan, dan berjalan
Terus berjalan dengan dua kaki
Buatan Tuhan

2.
Berseri cerah
Menyambut matari
Pohon jambu

3.
setelah dera demam diare
bertambah lucu
kemenakan kecilku

4.
Sulapan alam: timbul tenggelam
Balon bulan bulat merah
Di antara rimbun pucuk pepohon

5.
Oleh telinga, hidung, dan mataku
Juga kumiliki
Ketentraman tamanmu

6.
Remasan resah jemari
Setangan kusut--
Ampas teh di dasar cangkir

7.
Di atas meja: sehelai surat
Bergerak-gerak oleh angin
Seolah ingin segera berangkat

8.
gegasnya lari kaki-kaki kecil
berlomba laron
kejar pendar cahaya

9.
tiba-tiba hujan:
masih adakah terlupa dibasahi
pada musim kemarin?

10.
Kayu memutih abu
Dandang menghitam arang--
Hangat percakapan pagi

11.
Alu beradu lesung, bertalu
Beras berserpih tepung;
Gelegak merah gula aren

SAJAK JALAN PAGI BERSAMA

  Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...