kian jingga paras kota di jendela
teh panas warna tembaga di meja
dan dengan suara bariton
pria itu perlahan membaca buson
selarik haiku, selirih nyanyi:
"senja musim semi;
menyalakan lilin
dengan lilin lain"
keduanya sejenak larut terdiam
sementara senja turun temaram
setelahnya hembusan nafas lega
turut diiringi gelengan kepala
betapa, delapan patah kata
begitu sarat dengan pesona
seperti kelebat sabetan kuas
cukup melukis belantara luas
dan dalam di lubuk kalbu
lelaki itu bersyukur syahdu
atas jalan nasib dipilihnya
atas jalan lain ditolaknya
yang telah dapat memberi
kenikmatan yang tak terperi
menyelami mengalami pesona
dari hanya delapan patah kata
::
Hg::
::
.....yang hadir mengisi di antara dua kesunyian--kelahiran dan kematian..... (An Indonesian poems corner ; the poet : Hendragunawan)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
SAJAK JALAN PAGI BERSAMA
Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...
-
STOPPING BY WOODS ON A SNOWY EVENING Whose woods these are I think I know. His house is in the village though; He will not see me stopping h...
-
PEREMPUAN 1. Beri aku cermin kaca yang rata tak retak atau telaga bening yang tenang airnya atau genangan embun di telapak tangan bunga...
No comments:
Post a Comment