Monday, September 12, 2011

BAHAYA SASTRA

Lebih memperdaya dari wanita, harta dan tahta
adalah rayuan nikmat kata indah nan tertata.
Po Chu I dan Kamo no Chomei pun tak berdaya
apatah lagi pria malang ini yang hanya saya!
::
Hg::
::

---------------------------------------------------------------------------------
Keterangan:
Po Chu I (772 - 846) adalah salah seorang penyair besar Cina Klasik. Pernah menjadi pegawai Kekaisaran Cina, namun beberapa kali ia pernah diasingkan dari negerinya karena terang-terangan mengkritik kebijakan penguasa di masanya. Adapun Kamo No Chomei (1155?-1216) adalah penulis syair waka dan petapa Jepang. Jenuh oleh kedudukan dalam istana, ia memutuskan mengabaikan kehidupan duniawi dan meninggalkan ibu kota kekaisaran. Namun demikian, dalam kesendiriannya ia terus menulis dan membaca sajak-sajak. Pada masa akhir hidupnya ia menulis esai tentang sajak, Mumyosho.

Kedua penyair yang dididik dalam tradisi Budhis ini mengakui, meskipun telah memahami doktrin ilusi dan kehampaan dalam ajaran Budha, mereka tetap tak dapat menahan diri untuk menulis sajak-sajak.

Dalam tradisi Islam, Maulana Jalaluddin Rumi (1207-1273) seorang mahaguru sufi yanng menganut mahzab sunni-hanafiah dan taat kepada syariat, juga mengakui bahwa sebenarnya ia tidak begitu menghargai sajak-sajak. Namun ketika keadaan ekstasi mistis meliputinya, ia akan menari berputar-putar sembari membacakan sajak-sajaknya, yang dicatat oleh para muridnya. Ulama besar ini mewariskan kepada dunia, antara lain, dua kumpulan sajak Matsnawi (isinya 26.000 sajak) dan Diwan (terdiri dari lebih 35.000 bait sajak).

No comments:

SAJAK JALAN PAGI BERSAMA

  Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...