Di jendela sehampar kota
Tadi gempita gemerlap
Kini terkapar perlahan
Senyap dan lelap
Di kedai tua
ada dua tiga tamu
Tapi ia sendiri saja
Di sudut itu
Matanya lelah
Ditudung tepi topi
Seolah ingin
Berlindung sembunyi
Dengan musik
paling murung
Dan cahaya
paling suram
Dinikmatinya
secangkir kopi
Dengan teguk kecil
dan sepi
Yang pahit
seperti hidupnya
Yang kelam
seperti mautnya
Namun sebelum
terminum ampas
Ingin ia hirup
sedalam napas
Februari 2008
.....yang hadir mengisi di antara dua kesunyian--kelahiran dan kematian..... (An Indonesian poems corner ; the poet : Hendragunawan)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
SAJAK JALAN PAGI BERSAMA
Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...
-
STOPPING BY WOODS ON A SNOWY EVENING Whose woods these are I think I know. His house is in the village though; He will not see me stopping h...
-
PEREMPUAN 1. Beri aku cermin kaca yang rata tak retak atau telaga bening yang tenang airnya atau genangan embun di telapak tangan bunga...
No comments:
Post a Comment