Friday, February 01, 2008

SAJAK PENGANTAR MINUM KOPI

Di jendela sehampar kota
Tadi gempita gemerlap
Kini terkapar perlahan
Senyap dan lelap

Di kedai tua
ada dua tiga tamu
Tapi ia sendiri saja
Di sudut itu

Matanya lelah
Ditudung tepi topi
Seolah ingin
Berlindung sembunyi

Dengan musik
paling murung
Dan cahaya
paling suram

Dinikmatinya
secangkir kopi
Dengan teguk kecil
dan sepi

Yang pahit
seperti hidupnya
Yang kelam
seperti mautnya

Namun sebelum
terminum ampas
Ingin ia hirup
sedalam napas

Februari 2008

No comments:

SAJAK JALAN PAGI BERSAMA

  Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...