Friday, January 27, 2017

edisi khusus: Ringkasan Panduan ber- Haiku


Penyusun: Hendragunawan

Bersajak tanpa aturan bagai bermain tenis tanpa net (Robert Frost)

Keberlimpahan emosi, bahkan kegarangannya, 
telah terkendali dan ditinggikan oleh disiplin yang tak kenal ampun (D. Paul)

Pelajari aturan lalu lupakan (Basho)

Pengantar

Dalam penulisan haiku, sebagaimana halnya dalam penulisan puisi secara umum, ada tiga tahapan untuk ditempuh. Pertama, bagaimana menulis sesuatu yang dapat dinilai sebagai haiku oleh sebanyak mungkin pembaca berpengalaman (kriteria esensial). Tahapan selanjutnya, bagaimana agar haiku yang telah ditulis memenuhi cita rasa umum dalam hal keindahan (kriteria estetis). Terakhir, bagaimana menulis haiku dengan gaya dan nada tertentu yang khas (kriteria identitas/eksistensial).

A - Definisi:
  1.  “Puisi Jepang yang biasanya menggunakan sindiran dan perbandingan dalam menggambarkan sesuatu sehingga dapat membangkitkan emosi dan pandangan spiritual tertentu. Sajak haiku selalu sugestif, terdiri atas tujuh belas suku kata yang terbagi menjadi tiga larik, pertama lima suku kata, kedua tujuh suku kata, dan larik ketiga lima suku kata” (Kamus Istilah Sastra, Balai Pustaka)
  2. “Haiku is a short poem that uses imagistic language to convey the essence of an experience of nature or the season intuitively linked to the human condition” atau “haiku adalah puisi singkat yang menggunakan bahasa citraan untuk membungkus esensi dari sebuah pengalaman terkait alam atau musim yang secara naluriah terkait dengan keadaan manusiawi” (Haiku Society of America)
  3. Bentuk puisi klasik Jepang yang terdiri dari 17 on (gugus bunyi), memiliki kigo (penanda musim) dan kire (bunyi pematah).

B - Prinsip Filosofis

1.   Bertolak dari materialitas: benda yang berada dalam konteks ruang dan waktu tertentu, ditampilkan se-Ada-nya.
2.   Ditulis ketika perhatian penulis terpusat pada  dan tersedot oleh benda melalui jalan indrawi: penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pencecapan. Begiu pula, ketika dibaca meninggalkan jejak dan gema dalam benak pembaca, dan membuka kemungkinan lapis pemaknaan yang lebih mendalam terkait hakikat kenyataan dan kemanusiaan.
3.   Ketika kondisi kepenulisan di atas tercapai, semestinya ke-aku-an tidak lagi tegak dan kaku melainkan mengabur/melebur/beririsan dengan alam luar. Konkritnya: hindari kata aku, komentar/evaluasi, curahan hati.
4.   Spontanitas dalam penghayatan atas momen; ditulis dalam satu sapuan, juga dapat dibaca dalam satu hembusan nafas.

C - Prinsip Teknis

1.   Tulis dalam satu baris tetapi hendaknya jangan sampai menjadi satu kalimat sempurna S+P+O+K. Jane Reichhold mengembangkan teori fragmen-frasa. Fragmen terdiri dari satu atau dua patah kata, sedangkan frasa merupakan kalimat tidak lengkap.
2.   Sebaiknya terdapat jeda halus sesudah sepertiga awal atau sebelum sepertiga akhir. Jika memakai celah sepertiga awal, bagian selanjutnya biasanya berisi deskripsi. Sedangkan jika menggunakan celah sebelum sepertiga akhir, bagian terakhir biasanya merupakan solusi/sintesis tak terduga.
3.   Pangkas kata yang tidak perlu, yang abstrak. Perhatikan susunan kalimat atau pemunculan imaji.
4.   Patahkan kalimat yang telah dipangkas dan ditata menjadi tiga bagian: pendek-panjang-pendek. Syukur-syukur bisa memenuhi hitungan 5-7-5 suku kata.
5.   Disarankan, sebuah haiku tidak memiliki judul, tidak menggunakan huruf besar, dan tidak memakai tanda baca.

Contoh penerapan teori fragmen-frasa:

Contoh fragmen di awal:

hujan menderai
aliran listrik pun
nyala-padam

(Jane Reichhold)

Contoh fragmen di akhir:

pagar kuburan
tak dapat menahan
lili putih

(Jane Reichhold)

D - Pantangan
·       
1.  Hindari kata sifat (seperti: sepi, sedih, meriah), kata cara (contoh: lembut, anggun), kata konseptual (misal: keadilan, kebahagiaan).
2.  Hindari citraan jamak. Jika menggunakan citraan lebih dari satu, pastikan terdapat hubungan perbandingan/pertentangan/persesuaian/penjabaran  antara keduanya, yang dipadukan dalam citraan/suasana/peristiwa pada bagian awal atau akhir haiku.
3. Hindari dekorasi dan pengejaran efek. Dekorasi: penggunaan persanjakan, diksi arkais, personifikasi, perumpamaan. Efek: berupaya liris, sur-realis, pernyataan filosofis/ideologis/religius, penghakiman, curahan hati.

E - Teknik

Dari masa klasik, Fujiwara Teika memperkenalkan kepada para sastrawan semasanya, 10 teknik penulisan tanka, yang merupakan cikal bakal haiku. Jane Reichhold mengembangkan 24 teknik haiku dalam bukunya Writing and Enjoying Haiku. Berikut ini empat teknik dasar, yang diringkas, digabungkan dengan teknik lain, ataupun ditambahkan, beserta contoh penggunaannya:

1.     Jukstaposisi. Menggabungkan dua citraan yang tidak berhubungan, memiliki kemiripan, atau bahkan nampak berlawanan.

Contoh:
bunga azalea bermekaran
di desa gunung terpencil ini
nasi tanaknya putih

(Yosa Buson, 1715-1783)

sisir dan jepitan lucu
semuanya milik masa lalu—
guguran kamelia

(Nozawa Uko, wanita murid Basho, menceritakan menceritakan
  perubahannya menjadi biksuni yang berambut gundul,
  terj. Ing. Makoto Ueda)

2.     Teka-teki. Melontarkan pertanyaan yang tidak biasa untuk dijawab dengan hal yang biasa saja, secara langsung atau tidak langsung

bunga gugur
terbang kembali ke rantingnya!
oh, kupu-kupu

(Moritake, 1452-1549)

Kemana pergi
Bunga-bunga di setapak
Seusai musim panas

(Jane Reichhold)

3.     Observasi naif. Teknik ini diterapkan dengan melihat lanskap atau alam latar sebagai satu bidang datar. Mirip seperti yang dilakukan oleh anak Taman kanak-Kanak ketika menggambar di atas kertas gambarnya: gunung, jalan, sawah, pohonan  dan matahari nampak sama besar tanpa pembedaan perspektif jauh-dekat maupun kontur tinggi-rendah. Contoh:

langit juli
melebat oleh awan
pohon nan ranggas

Hendragunawan  (0279/2012)

memandangi bintang
kunang-kunang bergabung di
rasi kasiopea

(Jeanne Emrich)

4.     Reportase datar. Melaporkan suatu benda/peristiwa/suasana yang luar biasa, secara sambil lalu. Dalam haiku berikut, derita penyakit yang dialami penyairnya, diungkapkan tanpa melankoli dan bahkan cenderung mengundang kuluman senyum.

mata kananku
tak dapat melihat istriku
kutatap dengan yang kiri

(Hino Sojo, 1901-1956)

F – Kesan

Gabungan pemilihan objek, teknik, dan sudut pandang, akan menghasilkan kesan keseluruhan dalam sebuah karya. Berikut beberapa kesan penting yang berakar dalam estetika bangsa Jepang:

1.Wabi (keindahan dari kesederhanaan)

bazar akhir tahun
aku akan pergi dan membeli
obat nyamuk bakar

(Matsuo Basho, 1644-1694)

2.Sabi (keanggunan dari keusangan dan keterpencilan)

pagar bambu tua
seakan  mempersembahkan
bunga Keria.
(Issa, terj ing. Mackenzie).

3.Yugen (keagungan yang misterius)

di dahan ranggas
gagak hinggap
senja musim gugur

(Basho, terj ing. Henderson)

4.Shibumi (keanggunan yang timbul dari penggunaan teknik secara hemat, tepat, dan sempurna)

telaga
katak nyem-
plung

(Basho, terj. Ing. Blyth)

5.Karumi (keentengan hati, timbul dari sikap tawakal dan ridha)

lebih tinggi dari bulan
tak terbelenggu apapun
elang bernyanyi

(Basho, terj. Ing. Makoto Ueda)

G – Penutup

Demikian panduan dasar penulisan haiku. Jika ingin melanggar pantangan ataupun anjuran yang telah menjadi patokan klasik, lakukan dengan sebaik mungkin.


Yogyakarta, 29 Januari 2017

Tuesday, December 27, 2016

SAJAK AKHIR TAHUN YANG TERLALU DINI


Tahu-tahu, bertamu lagi: akhir tahun.
Memberitahu: bertambah sempit sisa
Usiaku, semakin purba pula
semestaku. Roda siksa dan nikmat
Silih berganti kuhikmati saja.
Jejak samarku mengecap halus
Di hamparan padas waktu.

Tiba-tiba bertemu lagi: Mahatuan.
Yang awal tanpa permulaan, yang akhir
Tanpa kesudahan. Yang mendahulukan,
Yang mengakhirkan segala sesuatu.
Aku tertegun entah di mana: tak tahu
Telah terlalu jauh
Dari atau kepada-Nya.

(27/12/2017)

Tuesday, June 14, 2016

Monday, May 25, 2015

KHAZANAH PERMATA



Perumpamaan Nabi Muhammad utusan Al-Hamid

dan mereka yang diridai dari sahabat dan ahli bait

adalah berlian intan dan lainnya bebatuan mulia

semuanya ciptaan namun bercirikan yang membeda.



Yang pertama dan terutama adalah berlian dari intan

sebaik-baik asahan dari padatan cahaya berkilatan

jernih dan bening, menyimpan kilasan aneka warna

ia yang terkeras, penghias idaman di paras wanita.



Yang lainnya juga adalah permata dengan satu warna

Zamrud hijau, rubi merah, yakut kuning, safir birunya.

Yang lembut-yang tegas, yang zuhud-yang makmur

Yang alim-yang abid ada, juga pedagang-ahli tempur



Nabilah rembulan yang memantulkan cahaya surya

Karenanya bintang-bintang akan nampak bercahaya

Ada yang menanda di utara, ada pula yang di selatan

Bagi bahtera-bahtera, penuntun mengarungi lautan



Perbedaan watak di antara mereka adalah berkat

Perbedaan ilmu di antara mereka adalah rahmat

Setiap kita pun menjadi mungkin meraih ketinggian

Dan terbuka jalan hukum, untuk memilih kemudahan



Dari khazanah yang menyimpan aneka permata

Berlimpahan cahaya, beruraian hikmah berjuta

Jangan hanya mengambil satu, lain kau campakkan

Sila menimang salah satu, yang lain tetap junjungan.



Mungkinkah seimbang tegaknya yang pincang

Dengan sebelah sayap, akankah burung terbang

Jika ingin kokoh dan dan mudah meniti sirat

Cintai serta muliakan keluarga dan sahabat

Tuesday, December 23, 2014

UJAR AJAR ANJUR


tidak menjadi busa
di muka arus massa
pun tak menjadi ekor
di pantat otoritas

begitulah engkau penyair
yogya memilih tak memihak
selain pada apa
yang kau yakini sendiri

karenanya tugas tersisa
di sekujur umurmu
hanyalah memurnikan nurani
demi sejatinya dirimu

semakin kau sendiri engkau
akan kian yakin setiap yang lain
menemukan wajah mereka
terbaca pada wajahmu

terkaca di kata-
mu

(2014)

Sunday, September 07, 2014

Proyek Seribu Haiku

*


bulan perigee
si tambun bersembunyi
di rumpun bambu

(0587/2014)
*
bulan perigee
tertawa terguncang
penjual sate

(0586/2014)
*
bulan perigee
lampu jalan di pagi ini
meredup cayanya

(0585/2014)
*
bulan perigee
timba jatuh di
perigi penuh

(0584/2014)
*
bulan perigee
bola matanya membulat
melihat kekasih

(0583/2014)
*


pada sisa dingin
ac masih menggaung,
kenangan lama

(0582/2014)
*
kuhentikan ac
dingin terus mengiang
di liang telinga

(0581/2014)
*
di kasur busa
terbaring merenungkan
isu metafisika

(0580/2014)
*
akuarium malam
ikan-ikan berebutan mematuki
gelembung mimpi

(0579/2014)
*

Saturday, September 06, 2014

TIGA SAJAK TERBARU



PAKU DI POKOK POHON, 2

telah kuhiaskan indah
untuk setiap kilas pandangan
telah kupayungkan teduh
bagi para pejalan
telah kusiapkan sembuh
mulai dari pucuk ke akar
telah kububuhkan sejuk
pada hembusan angin
telah kusulingkan wangi segar
demi hawa kau hirup
telah kusajikan buah
tanpa kenal musim
telah kuikatkan tanah
tempatmu berpijak bersandar
telah kutabungkan air
pengisi perigi pekarangan

telah kulakukan itu
sejak bertahun lalu
dan akan terus begitu
hingga bertahun lagi
bagi anak cucumu

jika saja tak ditikamkan
tiga paku berkarat merah
tegak lurus menembus inti
penahan poster pemburu kursi
yang tersenyum dan menuntut
seolah ahli, tulus, dan peduli

(2014)


PAKU DI POKOK POHON, 1

lima batang paku berkarat
sisa sekian pemungutan suara
menancap dalam dan kuat
pada pokok pohon pepaya

satu per satu pelan kucabuti
seperti menarik kenangan duka
dari perih hati sendiri
--akankah mengatup lubang luka?

hingga ketika paku terakhir
kurenggut dari liangnya
deras terpancar dingin air
jernih sebening air mata

bahkan di jantung terpasak itu
masih ditampungnya sejuk begitu
adakah di hati remuk oleh dendam
amuk amarah pun terbujuk redam?

(2014)


SEORANG TUA ANGKUH BERKATA

Aku sekarang bisa tenang
berhadapan mahluk perempuan.
Sedangkan hal harta dan tahta
sedari lama kupandang muspra.

Yang akan kutangiskan
saat direnggut maut :
geletar sayap capung mengapung,
warna senja sebelum rampung.

(8/1/2014)

Saturday, June 01, 2013

EDEN ROCK, a poem by Charles Causley

(translated into Bahasa Indonesia by Hendragunawan S. Thayf)

They are waiting for me somewhere beyond Eden Rock:
My father, twenty-five, in the same suit
Of Genuine Irish Tweed, his terrier Jack
Still two years old and trembling at his feet.

My mother, twenty-three, in a sprigged dress
Drawn at the waist, ribbon in her straw hat,
Has spread the stiff white cloth over the grass.
Her hair, the colour of wheat, takes on the light.

She pours tea from a Thermos, the milk straight
From an old H.P. sauce-bottle, a screw
Of paper for a cork; slowly sets out
The same three plates, the tin cups painted blue.

The sky whitens as if lit by three suns.
My mother shades her eyes and looks my way
Over the drifted stream. My father spins
A stone along the water. Leisurely,

They beckon to me from the other bank.
I hear them call, 'See where the stream-path is!
Crossing is not as hard as you might think.'

I had not thought that it would be like this.

***
 

[Karang Aden]

mereka menungguku di suatu tempat di atas sana
selewat Karang Aden: ayahku, dua puluh lima,
berbalutkan baju wol Irlandia yang sama, dan anjingnya
Jack, baru dua tahun umurnya, mengigil di kakinya


ibuku, dua tiga, dengan gaun berenda,
berlipit di pinggang, topi jerami berpita,
atas rumputan, ia hamparkan kain putihnya
rambutnya gandum ranum, berlimpah cahaya


Ia tuangkan teh dari termos, susu juga
dicurah dari botol bekas saus, yang tutupnya
pilinan kertas; perlahan ia menata
tiga piring kaleng, tiga muk biru warnanya


maka langit berkilau seolah tiga surya
menyala bersama, tangan Ibu menudungi matanya
menatapku di seberang arus bergelora
Ayah, melempari sungai dengan kerikil, berleha


dengan santai mereka melambaiku dari tepi sana
kudengar suara mengarahkanku, 'perhatikan di mana
alur-arusnya ada! menyeberang tak sesukar kau duga.'

ah, tak pernah terpikir akan begini adanya.


*** 

(catatan: Eden, diterjemahkan ke Aden, salah satu nama surga yang dalam bahasa Arabnya: 'jannatun adnin' )



Materi promosi

 DURIAN PROFESSOR ingin mudah Menikmati durian bermutu global? Dagingnya tebal, kering dan cerah Manis dan harum tak kalah Ingin durian Sian...