Saturday, September 06, 2014

TIGA SAJAK TERBARU



PAKU DI POKOK POHON, 2

telah kuhiaskan indah
untuk setiap kilas pandangan
telah kupayungkan teduh
bagi para pejalan
telah kusiapkan sembuh
mulai dari pucuk ke akar
telah kububuhkan sejuk
pada hembusan angin
telah kusulingkan wangi segar
demi hawa kau hirup
telah kusajikan buah
tanpa kenal musim
telah kuikatkan tanah
tempatmu berpijak bersandar
telah kutabungkan air
pengisi perigi pekarangan

telah kulakukan itu
sejak bertahun lalu
dan akan terus begitu
hingga bertahun lagi
bagi anak cucumu

jika saja tak ditikamkan
tiga paku berkarat merah
tegak lurus menembus inti
penahan poster pemburu kursi
yang tersenyum dan menuntut
seolah ahli, tulus, dan peduli

(2014)


PAKU DI POKOK POHON, 1

lima batang paku berkarat
sisa sekian pemungutan suara
menancap dalam dan kuat
pada pokok pohon pepaya

satu per satu pelan kucabuti
seperti menarik kenangan duka
dari perih hati sendiri
--akankah mengatup lubang luka?

hingga ketika paku terakhir
kurenggut dari liangnya
deras terpancar dingin air
jernih sebening air mata

bahkan di jantung terpasak itu
masih ditampungnya sejuk begitu
adakah di hati remuk oleh dendam
amuk amarah pun terbujuk redam?

(2014)


SEORANG TUA ANGKUH BERKATA

Aku sekarang bisa tenang
berhadapan mahluk perempuan.
Sedangkan hal harta dan tahta
sedari lama kupandang muspra.

Yang akan kutangiskan
saat direnggut maut :
geletar sayap capung mengapung,
warna senja sebelum rampung.

(8/1/2014)

No comments:

SAJAK JALAN PAGI BERSAMA

  Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...