Photo: Webshots.com
SAJAK REMBULAN DI ATAS SEBUAH KOTA , SETELAH PENYERBUAN
wajah sunyi mengernyit nyeri
rembulan bermahkota kawat besi berduri
langkah-langkah berat sepatu serdadu
beradu dingin lantai batu
rembulan bermahkota kawat besi berduri
wajahnya sunyi mengernyit nyeri
tersungkur sekarat menyayat pilu
di ujung sangkur berkarat sang serdadu
1992-1996
KABAR PERANG
-Bosnia
1.
Sebuah perang pecah di kota yang jauh kemarin hari
begitu kabar koran sebelum kusentuh sarapan tersaji.
Untuk kesekian kali perundingan damai tinggal basa basi
sebagai sopan santun para jenderal dan diplomat tinggi.
2.
Misil-misil telah diluncurkan sebelum pagi memanas
milisi-milisi besi berbaris menyanyikan lagu mars.
Berderap-derap ayunan langkah tegap bersepatu lars
: yang tersisih sunyi sendiri hari ini hanyalah cemas.
3.
Segalanya menjelma mimpi buruk di malam berpeluh :
puing-puing bangunan yang hangus berderak runtuh
dan disekitar bertebaran tubuh-tubuh terkulai luruh
bersama gugusan salju yang melayang-layang jatuh.
4.
Setelah rangkaian ledakan bom dan rentetan senjata api
sepi lalu menjadi samudera derita tak bertepi
dalam kabut tebal yang bagai ajal bergulung mengiringi
5.
Tetapi kita telah terlalu letih kini
untuk sekedar terharu dan bersedih hati.
Tersadar, kureguk kopi & meraup tangkup roti
di meja makan pagi, sudah berpikir tentang mati !
CATATAN DARI MEDAN PERANG
- Perang Teluk II
Dengan tingkat keamanan terjamin super ketat
tak akan hancur walau diguyur hujan bom berton-ton,
dengan tingkat kenyamanan yang bukan main nikmat
tak kalah dengan fasilitas hotel hilton,
dalam lindungan bunker berdinding beton dan baja
Sang Presiden dan lingkaran para jenderalnya
asyik merencanakan bencana, taktik, serta strategi,
khusyuk menyusun dalil-dalil atas nama nasionalisme & ideologi
berbaur gengsi bercampur ambisi, sebagai dalih membenarkan mereka
menjadikan warga tiada berdaya sebagai tumbal tanpa dosa
mengirimkan ke medan tempur berlumpur neraka para pemuda
serta pria dewasa tanpa mereka tahu pasti mengapa & untuk apa
maka ketika para serdadu termangu menunggu diadu
Ia masih sempat berakhir minggu tanpa diganggu jet-jet serbu
bersantai di peternakannya, main golf, & ke pantai berlayar
esok harinya, di televisi ia berpidato sangar dan berkobar-kobar.
SETELAH PERANG
Seperti sirup anggur
Tumpah di meja perjamuan terakhir
Darah mengguyur mengalir
Perlahan beku di hamparan salju
Mata yang mendelik
Mulut yang nganga terbuka
Telah melihat segalanya
Ingin mengabarkan semuanya
Masih terasa jejak nyawa
Melesat dari dada yang pecah
Masih terngiang jerit keluh
Muncrat dari merih disembelih
Membaur di angin beku
Mengabur di ufuk kelabu
Dan parak senja kian perlahan
Menyimpan sedan tertahan
DOA SETELAH PECAH PERANG
Semoga kilatan petir dan gemuruh guruh
masih pertanda akan segera
turun hujan.
Amin.
BERITA PAGI HARI
Misi-misi perdamaian pulang sia-sia seolah basa-basi lepas
bagaimanapun, maklumat dan pencairan anggaran telah tuntas
kapal induk sudah bertolak, pesawat-pesawat serbu lepas landas
misil dan milisi bergerak bergegas sembari mengaum ganas
Tetapi kita tak lagi begitu mudah terharu
sewaktu surat kabar dan tv ribut berseru-seru
tentang deru panser serta huru hara serdadu penyerbu
yang memerahkan kota ketika hari putih salju.
Sebentar lagi tiba musim semi
menepis musim dingin sepi dan mati
tetapi orang-orang terus tersisih berangkat pergi
yang masih tersisa hanya bisa mengais sia-sia menangisi.
SEBUAH DONGENG
Suatu pagi,
seorang anak menerbangkan
kapal-kapalan kertas
yang lalu meluncur dibawa angin
melayang hilang entah ke mana.
Malam harinya
televisi bercerita tentang pesawat tempur
yang meraung keras dan deras menghujani
sebuah kota kecil dengan roket
dan bom dari lambungnya.
Di dalam kamar,
seorang anak gemetar berpeluh
lalu menyembunyikan wajahnya
di balik selimut, menutup telinga
dan memejamkan matanya rapat-rapat.
Misi-misi perdamaian pulang sia-sia seolah basa-basi lepas
bagaimanapun, maklumat dan pencairan anggaran telah tuntas
kapal induk sudah bertolak, pesawat-pesawat serbu lepas landas
misil dan milisi bergerak bergegas sembari mengaum ganas
Tetapi kita tak lagi begitu mudah terharu
sewaktu surat kabar dan tv ribut berseru-seru
tentang deru panser serta huru hara serdadu penyerbu
yang memerahkan kota ketika hari putih salju.
Sebentar lagi tiba musim semi
menepis musim dingin sepi dan mati
tetapi orang-orang terus tersisih berangkat pergi
yang masih tersisa hanya bisa mengais sia-sia menangisi.
SEBUAH DONGENG
Suatu pagi,
seorang anak menerbangkan
kapal-kapalan kertas
yang lalu meluncur dibawa angin
melayang hilang entah ke mana.
Malam harinya
televisi bercerita tentang pesawat tempur
yang meraung keras dan deras menghujani
sebuah kota kecil dengan roket
dan bom dari lambungnya.
Di dalam kamar,
seorang anak gemetar berpeluh
lalu menyembunyikan wajahnya
di balik selimut, menutup telinga
dan memejamkan matanya rapat-rapat.
SKETSA-SKTESA PERANG
- terinspirasi oleh film “The Thin Red Line”
1. Dari Musuh
Apa salah yang telah kami lakukan, saudaraku?
Kami tak merampas tanahmu
kami tak menodai gadismu
kami tak membunuh keluargamu.
Kita sama-sama makan gaji
untuk menghidupi diri dan famili
sekarang salah satu harus mati.
2. Dari Lawan
Maafkan, maafkan, maafkanlah
jika kami berlagak gagah dan semena-mena
dengan bercakap lantang dan tertawa ngakak,
memeras dan merampas,
menodai dan mempecundangi,
membongkar dan membakar,
bahkan menyemburkan peluru tanpa tujuan
semata untuk meyakinkan diri
bahwa kami terlalu perkasa
untuk mati lebih dulu.
3. Para Pemilik Perang
Perdamaian adalah buruk dan perang itu harus
bagi para industrialis serakah dan rakus
bagi para politisi militan dengan retorika membius
bagi para jenderal fanatik lagi ambisius
dan bagi pemimpin yang agak bodoh
namun terpaksa berlagak gagah dan serius.
Bila perjanjian jadi ditandatangani pagi ini
sore nanti beramai-ramai mereka
menggantung diri.
4. Hirarki
Masing-masing kita
harus siap mati bagi komandan
dan komandan bagi atasannya
begitu seterusnya.
Sedangkan panglima tertinggi
dialah seorang yang siap mati
bagi tanah air.
5. Peta Militer Perang Pasifik
Sejak dulu kala
pulau ini surga kediaman orang-orang hitam
tetapi tentara kuning dan tentara putih bertempur habis-habisan
memperebutkannya, menghancurkannya.
6. A Memo: To Mr. President
Sepuluh tahun ke depan nanti
kami merencanakan investasi besar-besaran di negara ini
tetapi rakyatnya kurang adaptif
dan pemimpinnya tidak kooperatif.
Dapatkah tuan presiden
membuat kondisinya lebih kondusif?
Salam hangat selalu.
(P.S: Divisi persenjataan kami punya mainan terbaru.
Kapan dan di negara mana, anda berminat mencobanya?)
7. Perang Modern
Terima kasih kepada para ilmuwan cemerlang
yang diupah oleh industrialis militer
berkat kejeniusan mereka dan dukungan dana riset
perang masa depan bisa lebih efektif, efisien, dan beradab.
Cukup dengan memainkan jemari di panel kendali
dari layar monitor kita dapat menonton
satu kota yang berjarak ribuan kilometer
porak poranda oleh berton-ton bom cerdas.
Seperti videogem: fantastik dan asik.
Kita tinggal mengatur koordinat sambil mengunyah donat,
menang perang dengan mulut penuh kentang,
dan mengambil alih kuasa sambil menghisap cerutu kuba.
Kita bisa mengenang kembali masa kanak-kanak.
Dari atas kursi putar, kita membolakbalikkan bola bumi.
Tangan tak perlu basah oleh darah, kemeja bersih dari debu mesiu.
Juga tak terdengar erang sekarat dari tubuh yang sisa separuh.
Persis videogem: kita hanya berurusan
dengan sinyal elektronik dan arus listrik
dengan panel kendali dan layar warna-warni.
(Sayangnya, tak ada nyawa cadangan bagi para penghuni kota ).
Tanpa perlu ada alasan
dan tak ada yang akan meminta pertanggungjawaban.
Sekedar permainan iseng
menunggu masa kampanye pemilu.
8. Alm. Syekh Ahmad Yassin
Seorang ulama tua, membuta dengan tubuh separuh lumpuh
usai salat subuh terbunuh
oleh roket yang diluncurkan para serdadu israel
karena seorang anak palestina
yang dengan berbekal batu di tangan
berdiri tegak di tengah jalan menyerang barisan panser baja
sementara seorang ayahnya pamit pergi
meledakkan badan di keramaian pusat kota
dengan harapan sederhana
semoga ladang di tahun ini
boleh dipanen
oleh tangan sendiri.
9. Penguburan Tawanan
di tengah hutan pinus
sebutir kepala tanpa tubuh dipendam
setelah jadi mainan bola sepak
oleh sepuluh tentara musuh
yang tak berkepala.
10. Pidato Kemenangan
Mereka yang berhati telah mati
mereka yang berotak telah pergi
kini tinggallah kita: para pemberani sejati!
11. Memoar
Dentuman dan raungan telah reda
betapa sepinya kini;
erang si kalah yang mati
malah menggaung di hati.
12. Pulang
Di tengah perang
kami harus gila agar tetap hidup.
Kemenangan hanya bagi yang lebih kuat;
kuasa maut ada di tangan kami.
Kini dan di sini: bini sudah lari pergi
dan mengambil tunjangan cacatpun
harus berdiri antri.
2004
PEPERANGAN TERAKHIR DALAM SEJARAH KEMANUSIAAN
- Agresi A.S ke Irak
Di lembah, sejak mulai pagi
telah pecah pertempuran sengit
antara tentara pemerintah
dan pasukan pemberontak
semprotan air yang gencar
dilontarkan masing-masing pihak
dan bom-bom balon air
yang berletusan telah menimbulkan
genangan di mana-mana
para korban yang basah kuyup
segera ditarik dari gelanggang
dan langsung mandi
agar tak terserang influensa
setelah berganti baju
mereka bergabung duduk-duduk
minum susu dan main kartu
tukaran kenang-kenangan
sembari menunggu kabar terakhir
menjelang malam
tentara pemerintah yang kalah
terpaksa bergerak mundur ke kota
setelah meminta maaf terlebih dahulu
diiringi lambaian tangan para pemberontak
rakyat sangat prihatin dan berharap
permusuhan segera dihentikan
sebagai penyelesaiannya
panglima dan kepala pemberontak
diminta beradu sut saja besok pagi.
JURU NUJUM
Mata sedih yang sudah melihat segalanya itu
letih menatap
putih cakrawala.
Menunggu, setengah jemu
setengah menuntut. Kepul debu
nampak di panas ufuk: para penyerbu
atau pembebaskah itu. Kutuk 1001 malam:
bubungan abu, pijar api, dan derap
tapak, kerap menghantu.
1001 tahun. Mata sedih
letih memutih, masih menanti
seperti gerowong gua.
Tua bertimbun bunga rahasia.
Meski telah tahu
ia menolak mengaku.
2004
MALAIKAT YANG CEMBURU
Ketika para mahasiswa memenuhi lambung bus-bus mini
Setelah lepas dari ruang-ruang kelas mereka
Untuk menghamburkan diri ke lantai diskotik penuh ekstasi
(Sementara seorang profesor tua yang masih hidup sendiri
Duduk terkantuk-kantuk di dekat lampu meja
Menekuni buku yang telah dibacanya berulang kali),
Hinggap di atas papan iklan yang bersinar cerah dan megah
Sekejap termangu heran lalu saling berbisik :
“Inilah manusia, yang melulu ragu, menuntut tahu, dan selalu membantah
Namun tetap diangkat khalifah”
Ketika para pekerja telah pulang berduyun berjalan kaki
Meninggalkan pabrik yang meredup lampunya & menyayup derumnya
Untuk mengaso mengumpulkan tenaga agar mampu berproduksi lagi
(Sementara para majikan bersegera meluncur pergi
Dengan sedan mewah seri terbaru mereka
Mencari tempat minum-minum untuk singgah menghibur diri),
Turun mengambang di permukaan telaga yang memerah
Sebentar terpaku bisu lalu saling berbisik :
“Inilah manusia, yang mengotori dan merusak, penghancur-musnah
namun tetap diangkat khalifah”.
Ketika para prajurit telah ditarik mundur kembali ke tangsi
Menangisi yang mati lalu merebahkan diri memulihkan tenaga
Untuk pertempuran berikut esok hari
(Sementara para jenderal dan politisi lelah saling memaki
Lalu berjabatan tangan kemudian memutuskan duduk semeja
Untuk merancang taktik perang dan strategi diplomasi),
Berhenti di atas bekas kota yang hangus musnah
Sejenak tercenung murung lalu saling berbisik
“Inilah manusia, yang gemar menumpahkan darah
namun tetap diangkat khalifah”.
Ketika para kekasih menyuruki malam hari
Mengendap masuk ke dalam bilik pasangan gelap mereka
Untuk sebuah janji percintaan keji mengumbar birahi
(Sementara pasangan sah mereka tergolek sendiri
Oleh resah dan sepi tersedu menutupi wajah dengan bantal sutra
Atau menyapu-nyapukan jemari untuk mencumbu tubuh sendiri),
Singgah di depan jendela penginapan murah
Sekejap terpana takjub lalu saling berbisik :
“Inilah manusia, yang cemar tak berdaya menahan gairah
namun tetap diangkat khalifah”.
Ketika para lelaki perempuan telah lelap bermimpi
Berpelukan pulas dalam tidur melupakan segala
Untuk bangun bergegas pergi kerja di pagi nanti
(Sementara para pencuri penuh harap mempersiapkan diri
Mengumpulkan kawan, mengemasi perkakas, dan merapal mantra
Lalu bergerak menuju kawasan yang telah diintai berhari-hari),
Mendarat di atas atap-atap rumah
Sesaat tertegun muram lalu saling berbisik :
“Inilah manusia, yang lemah, jemu, dan lalai dalam ibadah
namun tetap diangkat khalifah”.
Sementara itu
Berhati sabar berharap setia
Diam memandangi kita
Dengan tatapan mesra penuh cinta
Sekian lama
Tetap percaya, bahwa rahasia
Yang pernah ditanamkannya dalam dada kita
Akhirnya nanti, pada suatu ketika,
Kelak mekar terbuka juga
-- semoga saja.
1997-2003
No comments:
Post a Comment