Tuesday, July 04, 2006

SYAIR CINTA


Photo courtesy of Joseph Rueben Elsinger, Iowa, USA


Lembut sayap-sayap kelam telah
Menyelubungi senyap lengkung bumi
Teduh rimbun malam pun luruh
Menudungi ubun hari yang lelah

Deras daras doa dalam darah
Mendebarkan kembali damba lama
Dengung lebah belantara kristal cahaya
Disebar angin dingin semilir membasah

Lalu kualirkan seribu daun perahu
Dari hulu hati ke arah hilir
Menuju pelukan cintaku yang dahulu
Kularung mereka dengan kemurungan

Yang sempurna, seakan kekal
Bertarung mengarung arus digariskan
Sakal angin dan delapan cagak karang
Tegak menghadang garang dalam kegelapan

Selamatkanlah dedaun yang gerimis
Dari dadaku itu; masih kusebut namamu
Meski sahutmu sungguh lembut mendesir
Lebih sembunyi dari sir rahasiaku

Selamatkanlah pula kenangan yang kian
Berkeping di tepi ingatan ini, sebelum
Menghambur debu, tinggal gaung hampa
Berulang meraung samar di relung lupa

Sayang, sekarang geletar pijar fajar mewarna
Di ufuk, bintang memudar sinarnya menyisih
Ke lubuk galaksi jauh, namun di tangkai tanganku
Tengah bermekaran: mawarmu

SAJAK JALAN PAGI BERSAMA

  Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...