(Photo courtesy of Joseph Ruben Elsinger, Iowa, USA)
HAIKU SENJA
1.
dingin angin menyentuh
malampun jatuh, di telaga
sepasang gangsa berenang saling menjauh
2.
seekor unggas terbang bergegas
mengerang
diserang malam
HAIKU MALAM
Burung malam terbang menjerit
menggarit kelam langit
sudah itu, sunyi menghimpit.
HAIKU SUBUH PERTAMA BULAN PUASA
Beberapa anak asyik bercerita
tentang hidangan buka puasa
dan baju serta sepatu baru.
HAIKU KABUT
Di puncak gunung pada ujung subuh
langit biru bumi kelabu bersetubuh :
kabutpun tumbuh.
ENAM HAIKU KUCING
1.
Tempat tidur busa baru,
kucing lelap bermalasan di atasnya
seharian.
2.
Terbangun tiba-tiba
di sebelahku :
kucing asyik bermimpi.
3.
Larut malam, lampu padam tiba-tiba
dalam kegelapan, seekor kucing
mengeong, sekali.
4.
Terbangun tengah malam;
di luar, di bawah jendela kamar
seekor kucing menangis.
5.
Ketika diberi ikan dan nasi basi
simpanan sisa kemarin pagi
si kucing melengos mengeong pergi.
6.
Semalam hujan deras tercurah
kucing yang tidur di teras rumah
pagi ini bersin-bersin dan muntah.
OMBAK
dari samudera jauh di utara, ombak kembara lelah
di bibir pantai kota sebentar ia singgah memecah
lalu pergi lagi bagai bocah berhati gelisah
DUA HAIKU LAUT
1.
Samodra Raya
dalam garam mengkristal
dibakar Sang Surya
2.
Tengadah menatap langit selalu
laut pun
biru
SUNGAI
1.
yang menyanyi lirih, seperti doa
yang mengalir sedih, seperti duka
yang mengukir perih, seperti luka
2.
yang sendiri merintih, tiada berdua
yang melata lamban sekali, letih bagai orang tua
yang mencari tak henti-henti, laut lama tak jua bersua
HAIKU PERIGI
yang mengalami penuh
dari dan di dalam
dirinya sendiri
EMPAT HAIKU DARI HALAMAN RUMAH
1.
Di bawah jendela :
keindahan bunga-bunga aneka warna
menyengat bau kotoran kucing.
2.
Di luar pagar
bunga-bunga juga subur mekar mempesona
minum air selokan tak mengalir.
3.
Ada angin datang mengirim dingin,
ada awan tiba membawa hujan,
dan bagai perawan bumipun berdandan.
4.
Dari dasar lumpur telaga biru
teratai tumbuh penuh rindu
menatap matahari selalu.
HAIKU HUJAN MALAM-MALAM
hujan kian tajam
di pelupuk hari yang pejam;
berlarian, peri impian malam
HAIKU TELEPON
tengah malam hari
telepon menjerit sendiri
takut akan sunyi
HAIKU SYUKUR PAGI HARI
Pagi ini cukup bahagia
sepasang kaus kaki yang baru diganti
sejuk segar membungkus kakiku.
HAIKU PAGI HARI SETELAH HUJAN SEMALAMAN
Semalam hujan angin tanpa henti —
Pagi ini kujulurkan kedua kaki
Biar dihangati mentari
HAIKU GENANGAN AIR
bahkan genangan sisa hujan
di lubang tepi jalan
memantulkan caya purnama berkilauan.
HAIKU DI BAWAH PURNAMA
di bawah purnama emas
lelaki tua berambut perak
menari-nari sendiri.
HAIKU DESEMBER 2003
langit kelam kelabu
namun hujan yang jatuh satu-satu
menenangkan geliat debu
HAIKU ANAK KUCING KECIL
kucing kecil yang kemarin
kulihat di sudut itu menggigil dingin
di manakah engkau kini? masihkah dapat bermain?
HAIKU MATI LAMPU
lampu padam ;
alangkah tajam
jerit jarum jam!
TUJUH HAIKU
1. Cinta:
luka paling suka
di kedalaman
palung duka
2. Mesjid:
kesunyian telaga hijau
oleh sujud
melumut
3. Desa:
bukit-bukit bunyi
membait
sunyi
4. Kota:
kotak-kotak kaca
sesak
oleh kata
5. Mal:
kuil berhala
bagi tuhan paling ilahi:
birahi insan
6. Maut:
sekerat demi sekerat
berakar beruratkarat
saatnya sekarat
7. Badai:
deras hujanmu
deru anginmu:
desah kesahku
PETUNJUK MENYEBERANGI JALAN
bahaya memanglah tak tentu
tetapi melangkah mundur ataupun maju
jangan pernah ragu
SUMUR MALAM
di dasar sumur malam
jernih dan dalam
bersinar berpendaran
bulan
HAIKU TELEPON
tengah malam hari
telepon menjerit sendiri
takut akan sunyi
KESIMPULAN TERAKHIR
alam raya, dimanakah tepinya?
adam saya, dimanakah intinya?
PERTANYAAN BAGI SEBUTIR DEBU
Adakah engkau terasing sendiri dari Tuhan;
Ataukah sedang berpusing di dalam Tuhan?
ARSITEKTUR SUDUT KAMAR
Sarang laba-laba di sudut kamarku
Alangkah indahnya ia
Ditimpa cahya surya!
TUJUH HAIKU TENTANG KEMATIAN ITU
1.
Di hadapan jenazah
sepasang pengantin menikah
- ah !
2.
Malam ini oom iko menikah di gorontalo,
pukul sembilan kami melayat ke rumah oom oku--
ia meninggal sore tadi
3.
Yang datang sendiri
juga pergi sendiri, tiada kembali
di ruang menganga luka, meraung sepi.
4.
Melesat kuntaku
menembus tubuhmu rindu
-- hasratkan sarungnya !
5.
Mekar menyebar wangi semerbak
memutih ia menyibak kelam
: bunga sedap malam.
6.
Sehelai daun kuning dari ranting belimbing
jatuh berpusing perlahan begitu hening
-- bayi di buaian terbangun menangis nyaring.
7.
ada pohon, cabang-cabangnya tengadah membuka bagai memohon
pada dahan sepasang podang mendendangkan tembang perjodohan
dari rantingnya : bunga merah kecil luruh sendiri tanpa rintihan
HAIKU KUPU-KUPU
Kupu-kupu, kupu-kupu,
pernahkah kau sesali wujudmu dahulu
sbagai ulat kecil berbulu di dahan pohon jambu ?
HAIKU KEMATIAN
kristal ruh dipecahkan
cahayanyapun berpendaran
sekuntum mawar, mekar pelahan.
WUDHUK TIGA BASUHAN
Kubersihkan tubuhku
Kusucikan ruhku
Kuhapus adaku
EMBUN DI BUNGA ROS
seperti tailalat di paras gadis manis
setitik sisa hujan dibubuhkan langit
menambah cerah wajah ros merah
HAIKU MALARIA
hanya setitik gigitan nyamuk
prajurit itu bagai si gila ngamuk
terkapar ambruk, oleh maut dibekuk
TAKZIAH (1)
selama hidupnya dia tersia-sia
ketika mati kita rancang tangis bagi ia
besok, tertawa bahagia bagai sediakala
TAKZIAH (2)
“Almarhum orang baik. Saya pernah seproyek dengannya.”
“Oh, ya. Eh, kalau dibutuhkan, saya ingin ikut terlibat.”
“Pak Anu gimana sekarang? Masih menjabat?”
TELEGRAM DUKA
Tiba kabar pagi hari:
si anu telah mati;
aneh, aku tak beriba hati!
HAIKU MENYUSURI TEPI JLN. DR RATULANGI, U.P.
Dari celah bata kelabu trotoar jalan: rumputan kecil hijau
bermahkota butiran air sisa hujan
meriap berkilau.
DI KEBUN BINATANG
Sekerumunan orang menertawai
seekor monyet
yang menertawai sekerumunan orang.
HAIKU BULAN MATI
Bulan mati --
laut
terus bernyanyi.
HAIKU MENJELANG SUBUH
Terangnya cahaya bulan
Membakar hangus diriku
Dingin seribu sembilu
HAIKU KUCING DI ATAS ABU
Di atas tumpukan hitam kelabu abu sisa pembakaran
seekor kucing berbulu kuning terang
duduk tenang bersemayam
dan dengan mata terpejam
ia tersenyum