Tuesday, August 30, 2011

HAIKU-HAIKU HARI LEBARAN,2


1.
meluncur takbir
dari langit, hinggap di bibir
tergelincir ke hati

2.
selepas takbir
betapa senyap tak bertepi
kelapangan hati

3.
selepas puasa
betapa luas terasa
Rumah Tuhan

4.
menyimak takbir
merebak air matanya:
janda tua

5.
kuhaturkan terima kasih--
tetapi bunga-bunga putihpun
berluruhan tanpa ampun

HAIKU-HAIKU HARI LEBARAN

1.
mereguk kopi, fanta:
masa kiniku merengkuh
masa kanakku rindu

2.
bocah berseri parasnya:
kue di tangan, permen dikulum
dan amplop dalam saku

3.
menziarahi bapak:
sebelum menerima tetamu
temui ia nan tak mati

4.
Keningnya basah
bekas basuhan; setitik air
di lentik bulu mata--
di antara ramai tetamu Rumah Tuhan
segera punggungnya, aku kehilangan.

HAIKU MALAM LEBARAN


kesekian malam takbiran--
sumbat batu di kerongkongan
kabut gerimis pada mata

Sunday, August 28, 2011

HAIKU-HAIKU LEBARAN


1.
setumpuk salju di jendela--
takbir dan bedug bertalu
dari pemutar mp3

2.
pagi hari raya
baju tahun kemarin
terasa lebih lega

3.
jubah cahaya
dibasuh sungai air mata
hiasan hari raya

4.
pun saling berampunan:
meski tak kenal,
tanpa ada kesalahan

5.
sehalnya orang-orang,
rumah-rumah
berbaju baru juga

KUATRIN MINGGU MALAM


Pada minggu malam, malam termurung
gemerlap kota redup kehilangan tenung.
Wahai, pelancong, tugas belum selesai
waktu berleha, sayang telah usai!


EMPAT TANKA


1.
Lupa perang lalu,
sekarang kita bercinta
mesra dan syahdu--
tanpa perlu lama menunggu
ribuan tahun berevolusi.

2.
Kepala ban mundur
dua titik: susut kusantap
isi badan sendiri--
makan buah jantung pada dada
minum telaga darah di hati.

3.
Ke mana gerangan
mengembara dalam angin
cinta yang kemarin?
Fajar yang janji pagi berbinar
ditelan kelam berkabut dingin!

4.
Tak terduga berjumpa
tergagap ia
menanya kabar cerita:
perempuan yang lama dikenalnya
tampak bercahaya kala hamil muda.

Thursday, August 25, 2011

DUA HAIKU, DUA TANKA

*
Cincin rembulan,
bening langit kemarau:
malam pengantin.
*
Betapa pekat malam—
menunggangi arus ke hilir,
halus semilir angin.
*
Di bawah purnama,
kubasuh bajuku nan lusuh;
berkilauan arus buih—
menghamburkan harum ke udara,
pohon kenanga di puncak bunga.
*
Bunga-bunga menari
meliuk, berpusing, mabuk
dalam hembusnya angin:
runduk terkulai melayu akhirnya
tersungging senyum, disunting musim
::
Hg::
::

Thursday, August 18, 2011

3 SAJAK 5 LARIK SEUNTAI

Berdirilah tegak
di belakang Sang Nabi
mengikuti jejak tapak:
kecintaan kepada keluarganya,
penghormatan kepada sahabatnya.

Terbanglah tinggi
ke hadirat Rabb segala alam
dengan kedua sayap di sisi:
hati yang membara oleh hasrat,
akal yang menyala oleh makrifat.

Diamlah tenteram
setelah jauh perjalanan
dalam dua surga hijau kelam:
taman kebahagiaan tanpa hingga,
sirna dalam tatapan Cinta.

Monday, August 15, 2011

TIGA HAIKU



1.
Siapakah semalaman
Mencuci dan mengilapkan
Daun dan dahan?

2.
Tak hadiri undangan berbuka--
Teh hangat,
Wajah berseri Ibunda

3.
Di lantai 14 apartemen,
Lebih dekat ke awan; adakah mimpimu
pun lebih menawan, Teman?

TANKA-TANKA MESRA

(Tanka, adalah bentuk sajak klasik Jepang yang lebih tua dari haiku. Dalam bahasa non-Jepang, ia selalu ditulis dalam lima larik)

1.
Keras serak spiker mesjid
letusan petasan, dan raung knalpot
membumbui langit malam ;
dengan mesra munajat lirih kupilih
sembunyi ngungsi di sudut sunyi hati.

2.
Di jendela angkot:
kota lekang oleh terik, mengerang
sehembus angin menerpa
helaian rambut dara lembut tergerai
meruap harum lebat hutan cendana

3.
Gelak pelawak, berisik musik
dan jerit penjaja
menyesaki ruang tengah;
kupilih: membaca surat-suratmu,
bercakap bersedap mesra denganmu.

4.
Bus kota mendenguskan ketus
kepulan asap debu
akupun terhuyung di trotoar—
semoga saja tak terhapus dari dada
jejak harum kala tadi ia bersandar!

5.
Di pintu keluar mesjid
sekelar tarawih,
lelaki terhenti sebentar;
pandang beredar: masihkah ada
selop putih bertali bunga?
::
Hg::
::

Sunday, August 14, 2011

DELAPAN HAIKU BULAN KEDELAPAN



1.
terkenang akan ayah
dan juga kakek, bulan ini
saya kibarkan bendera

2.
dahulu, selain para jugan ianfu
adakah juga haiku
melipur lara tuan serdadu?

3.
belajar mengisi kemerdekaan
dihibur radio Jepang
diterangi bohlam Belanda

4.
Buyut kami pernah seteru
kini kami bercinta
dengan duit beasiswa

5.
merahnya telah memucat putih
putih tercemar merah
--berapa kini bendera baru?

6.
buncit berdasi tetamu di tenda--
dari balik terali pagar
si veteran gemetar menghormat

7.
atas pengorbanan para leluhur,
dengan menumbalkan calon cucu cicit:
alangkah nikmat kemerdekaan!

8.
rayakan agustusan di bulan puasa
akankah arwah leluhur
turut hadiri malam tabur bunga?

Wednesday, August 10, 2011

KUATRIN RAMADHAN

ramadhan berpuas-puas hamba berpuasa
melahap rasa lapar dan mereguk dahaga
raga tanah hitam diupayakan mencahaya
batu hati juga diupami agar jadi mulia
::
Hg::
::

Friday, August 05, 2011

HIKAYAT TUJUH SUNGAI

satu mata air tersembunyi di relung pegunungan yang darinya mengalir tujuh sungai jauh bercecabang bersilangan beranak-cucu-cicit alirannya hingga tumpah ke lautan dan berjumpa di samudera yang sama dan ketika itu pulalah mereka menyadari bahwa yang tujuh sesungguhnya hanya satu dan bahwa samudera itu juga adalah mata air dan mata air itu pun samudera yang melahirkan mereka yang terhubung melalui saluran rahasia yang menyusupi tujuh kegelapan tanah lalu terbit sebagai mata air yang satu mata air tersembunyi di relung pegunungan yang darinya mengalir tujuh sungai jauh bercecabang bersilangan beranak-cucu-cicit alirannya hingga tumpah ke lautan dan berjumpa di samudera yang sama dan ketika itu pulalah mereka menyadari bahwa yang tujuh sesungguhnya hanya satu dan bahwa samudera itu juga adalah mata air dan mata air itu pun samudera yang melahirkan mereka yang terhubung melalui saluran rahasia yang menyusupi tujuh kegelapan tanah lalu terbit sebagai mata air yang satu

::
Hg::
::

HAIKU KEMEWAHAN

Di lantai 14 apartemen,
lebih dekat ke awan; apakah
mimpimu pun lebih menawan, Teman?

::
Hg::
::

Wednesday, August 03, 2011

HAIKU-HAIKU SOLO, DARI 9 TAHUN MEMORI

*
[Preskripsi: Sekitar tahun 2002 lalu, dari Bandung saya ke Solo dengan kereta untuk memenuhi undangan seorang teman. Karena teman itu wanita, dan hari telah terlalu larut ketika saya turun di Stasiun Balapan, Solo, saya memutuskan menunggu pagi berbaring di kursi tunggu penumpang di peron. Berbantalkan ransel bertudungkan langit malam. Di arah ujung kaki, seorang nenek tua penjual kacang kulit nampak terkantuk-kantuk menunggui jajaannya. Di udara yang basah, mengalun indah gending-gending jawa dari radio transistor. Malam yang mengesankan sembilan tahun lalu, yang kesan visualnya masih membayang-bayang terus. Baru sore ini, 3 Agustus 2011, bisa mewadag kembali, anehnya, dalam bentuk haiku.]

::
Gigir lampu sentir,
Serak getar tembang tua,
di Stasiun Balapan; melingsir malam
*
Jingga cahaya lampu;
Hanya kacang kulit ikut merasa
Keriput sepi simbah penjaja
*
Berapa lama lagi fajar?
Terkapar di kursi tunggu, bingung
Menafsir dengung nyamuk jawa
*
Lebar lengang jalanan pagi
Dari teras losmen
Sembab senyum putri ayu
*
Balairung megah
Meski sepi, luas halamannya
Bersih disapu
*
Sayur bayam, tempe bacem
Mengiring tengkleng daging—di dinding
Meneleng Srikandi, rikuh kutilik
*
Mencari pujangga
Bersurjan blangkon—takzim ngapurancang
Manekin etalase
::
Hg::
::

HAIKU-HAIKU DANGKAL

*
Menyimpan rapih stensilan
Aman tersembunyi
Hingga usai ramadan
*
Aku lapar dahaga
—Si anak jalanan
Asyik minum limun!
*
Melayang lamban, dalam
Soda langit biru:
Bumi sebuih gelembung
*
Aroma kue dalam oven
Mengharumi sore—
Oranye surya di horison
*
Aneka makanan minuman
Namun setelah tiga teguk teh
Hasratpun leleh
::
Hg::
::

Monday, August 01, 2011

HAIKU-HAIKU SPIRITUAL

*
Hop! Melompat ke sebelah diri
Ku selidik-jaga arah mana
Mata itu melirik
*
Yang lapar bukan aku
Itu kutahu—mentari mekar
Di sedap malam
*
Menolak ajak kehendak,
Sejenak daku merdeka
Dari diperbudak kuda sendiri
*
Kunyalakan lampu, kusapu
Lalu kuhiasi rumah hati
Menanti berjumpa
*
Rumah telah dihias
Diri sudah berias:
Kekasih, mari!
*
Di kaca ini semestinya
Tercermin wajahmu: harus
Kuhapus, parasku
*
Tak ada apa
Tapi tak hampa
Tanpa selain: hanya Ia!
::
Hg::
::

SAJAK JALAN PAGI BERSAMA

  Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...