Wednesday, June 30, 2010

SAJAK-SAJAK TERBARU

SAJAK CEMBURU

Hatiku yang sepi
Merapat ke tepian cintamu

Hanya denganmu
Ia ingin bermanja

Maka irinya pada diri
Yang hadir menabiri

Andaikan saja: dapat
Menatapmu tanpa penglihatan,

Menyimakmu tanpa pendengaran
Dan mengenangmu tanpa pemikiran

Yang ada mengantarai
Hampir hati padamu

Ia tak ingin pergi
Tak ingin lagi ia sendiri

Berjanjilah: Dik, kau ‘kan kupetik
Di hari baik, dari bulan baik

Pada cintamu, ia meminta
Tempat terindah untuk mati


KUATRIN KELUHAN CINTA

Lelah aku diagungkan begitu terlalu
Di dalam roman, film ataupun lagu
Ibarat hikmah ‘jari yang menunjuk bulan’
Asyik berbual di jalan, mereka lupakan tujuan


MADAH MALAM KENCANA

Bila malam lembut menyentuhkan
Helai-helai kelam rambutnya yang terjuntai
Ke lapang dada persada yang lena,
Berderit lemahlah daun jendela tua
Mengatup dari sunyi sendu pekarangan

Sayup pula terdengar
Kelepak sayap-sayap impian
Menghampiri kepala-kepala insan
Yang terkulai letih, mengurapi mereka
Dengan wangi harapan yang purba

Namun jernih cahaya, seperti halnya daya hidup
Masih juga bersikeras menyelundupkan
Terangnya, lewat setiap celah dan rekah
Halus pada dinding kayu ataupun batu
Meski hanya tipis dan sayu

Sedangkan rembulan yang telah di puncak mekar
Pun membiarkan kelopak-kelopaknya
Berluruhan, tanpa keluhan, berserpihan
Melayang-layang sepi, lalu jatuh perlahan
Sebagai kepingan embun pagi


PAHLAWAN

Ia tak menangis untuk luka-lukanya
Meski malam menikam-nikam dada
Kesedihannya menitis di tetesan air mata
Untuk derita mereka yang dicinta

SAJAK JALAN PAGI BERSAMA

  Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...