Friday, April 02, 2010

TIGA SAJAK

DALAM PERJALANAN MAKASSAR-BARRU

Kami menyusuri patahan-patahan jalan
Yang terserak bertahun, seolah replika kumpulan pulau
Dari republik yang hampir retak

Bagai tak menjanji sampai. Tetapi tertatih kita menanti
Bertahan meski diletihkan harapan, berulang terguncang
Antara gelombang batuan yang merontokkan belulang

Dan keriangan yang membubungkan sukma
Hingga kita putuskan sejenak
Menepi ke sisi sepi

Engkau mencari petani meniti pematang,
Memanggul pacul atau memikul bakul
Aku prihatinkan jalan-jalan baru

Yang perlahan melebar
Merebut pekarangan rumah rakyat
Atas nama pembangunan

Demi kepentingan bersama
Walau cuma desing debu memenuhi ruang tamu
Mereka, mengendap ketika truk-truk dan bus-bus

Menderu laju ke lain kota yang dituju. Tapi
Cukuplah kepedihan di pagi hari ini, Muhary
Harus terus jalan, karena janji tersisa

Hanya sejam lagi,
Syam menanti kita
Membincangkan puisi


SYAIR MEDITASI ATAS TUBUH

Batapa indah dan sempurna
Tubuh dan wajah ini dicipta!

Bila di hadapan cermin kuberdiri
Tak henti kubangga mengagumi

Tetapi, bagaimanakah jika kukupas
Selubung kulit ini yang menutup tipis

Bagaimanakah jika lapis kedua
Yang membungkus daging juga kubuka

Bagaimanakah jika tumpukan otot saya
Dilepaskan dari belulang penyangganya

Bagaimanakah jika sisa rangka
Dipecahkan hingga ternganga rongga

Masihkan indah dan sempurna
tubuh dan wajah ini dipandang mata?

Bila tak kubuang-bersihkan setiap hari
Di dalam, di tiap liang dan ujung, mengendap tahi

Bila umurku bergeser bertambah
Tentu tubuh ini mengendur melemah

Dan ketika ruh tak lagi terkait jasad
Dalam hitungan menit, menguar busuk mayat

Dan bila telah dikubur bertimbun tanah
Tak ‘kan lama sisa raga pun terurai musnah

Masihkah indah dan sempurna
Tubuh dan wajah ini kupuja!


SYAIR MEDITASI NAMA AL-HAQ

Hakikat kebenaran, Sejati kenyataan:
Tuhan. Yang keberadaannya
Tak tertolak oleh pengingkaran
Yang kemuliaannya
Tak terpengaruh oleh penyifatan.


SAJAK JALAN PAGI BERSAMA

  Pagi seputih seragam baru dan sesegar rambut basah para bocah ketika kita berjalan menyusur tembok yang mengendapkan waktu di perkampu...